Minggu, 17 Februari 2013

Penyakit Nodul Tiroid



Penyakit Nodul Tiroid
Posted by admin on December 20, 2012
 in Kesehatan

PENDAHULUAN
Kelainan glandula tiroidea dapat berupa gangguan fungsi, seperti tirotoksikosis, atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tiroid nodular. Berdasarkan patologinya, pembesaran tiroid umumnya disebut struma. Pembesaran dapat bersifat difus, yang berarti bahwa seluruh kelenjar tiroid membesar, atau nodosa, yang berarti bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran nodosa dapat dibagi lagi menjadi uninodosa, bila hanya terdapat satu nodul, dan multinodular, bila terdapat lebih dari satu nodul pada satu lobus atau kedua lobus.1
Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling sering ditemukan di klinik. Karena lokasi anatomi kelenjar tiroid yang unik, yaitu berada disuperfisial, maka nodul tiroid dengan mudah dapat dideteksi baik dengan pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan berbagai penunjang diagnostik seperti ultrasonografi, sidik tiroid (sintigrafi), atau CT-Scan. Yang menjadi kepedulian klinik adalah kemungkinan nodul tersebut ganas, disamping keluhan pasien seperti perasaan tidak nyaman karena tekanan mekanik nodul terhadap organ sekitarnya serta masalah kosmetik. Diperlukan uji saring yang cukup untuk mendeteksi keganasan mengingat kemungkinannya hanya sekitar 5% dari nodul yang ditemukan di klinik.2
Tiroid berasal dari kata Yunani yaitu “perisai”, karena terkait dengan bentuk tulang rawan tiroid. Masalah yang paling umum dari kelenjar tiroid terdiri dari kelenjar tiroid yang terlalu aktif, disebut sebagai hipertiroidisme, dan kelenjar tiroid yang kurang aktif, disebut sebagai hipotiroidisme.2
PREVALENSI
Prevalensi nodul tiroid bervariasi menurut negara dan kawasan yang berbeda, prevalensi nodul tiroid meningkat sesuai dengan umur dengan puncaknya pada usia antara 20-40 tahun, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan defisiensi iodium. Penderita wanita lebih banyak dari pria, ratio pria terhadap wanita adalah 1:2-4. Belum ada data epidemiologi mengenai prevalensi nodul tiroid diberbagai daerah di Indonesia yang dikenal memiliki tipologi geografis dan konsumsi iodium yang bervariasi.3
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Anatomi
Bentuk dan Lokasi
Tiroid adalah kelenjar yang berkonsistensi lembut, berwarna merah coklat, berbentuk ‘H’, terbentuk dari 2 lobus lateral, kiri dan kanan, dan bagian ismus. Sekitar separuh dapat ditemukan lobus piramid, umumnya muncul dari ismus. Lobus lateral terletak di kedua sisi dari laring dan trakea, kutub atasnya umumnya setinggi superior margo superior kartilago krikoideus, kutub bawahnya umumnya setinggi antara cincin tulang rawan ke-4 dan ke-5 trakea, ismus umumnya terletak di depan cincin tulang rawan ke-2 dan ke-4 trakea. 1,3,4
Didorsal lobus lateral kelenjar tiroid terletak kelenjar paratiroid yang memproduksi hormon yang berfungsi penting mengatur metabolisme kalsium dan fosfat. Sisi medial berbatasan dengan laring, trakea, faring, esofagus. Arteri tiroidea inferior dan nervus laringeus rekuren berjalan bersama disisi medial lobus lateral.1,3,4
Kapsul Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid memiliki 2 lapis kapsul, yaitu yang sejati dan yang semu, kapsul sejati langsung melekat pada permukaan parenkim kelenjar serta mengeluarkan banyak septula ke dalam parenkim kelenjar, hingga kelenjar tiroid terbagi menjadi banyak lobuli. Kapsul semu disebut juga kapsul luar, merupakan ekstensi dari fasia pre-trakea. Kapsul semu menyatukan badan kelenjar ke laring dan trakea, sehingga kelenjar tiroid dan tumor didalamnya dapat bergerak turun naik sesuai gerakan menelan. Antara kapsul sejati dan semu terdapat celah tiroid, didalamnya terdapat jaringan penunjang longgar. Pada waktu operasi tiroid, pemisahan lebih mudah dilakukan antara kapsul sejati dan kapsul semu dan perdarahan lebih sedikit.1,3,4
Pembuluh Darah Tiroid
Kelenjar tiroid kaya vaskularisasi yaitu yang berasal dari 4 sumber yaitu:
• 2 dari atas yaitu dari a. tiroidea superior kanan dan kiri, (cabang a. karotis eksterna)
• 2 dari bawah yaitu a. tiroidea inferior kanan dan kiri (cabang a.subclavia)
Sistem vena berasal dari plexus perifolikular terdiri atas:
• v. tiroidea superior
• v.tiroidea media
• v. tiroidea inferior

PENATALAKSANAAN
Terapi Operatif3,12,13,14
1. Penanganan terhadap kanker primer
a. Lobektomi unilateral plus isthmektomi (isthmulobektomi): bila tumor terbatas pada satu sisi tiroid, semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan lobektomi unilateral. Ketika melakukan lobektomi harus memaparkan dan memperhatikan proteksi nervus rekuren laringeus, secara rutin memeriksa adanya pembesaran kelenjar limfe pretrakea dan para-nervus rekuren laringeus, bila ditemukan harus diangkat sekaligus.
b. Tiroidektomi total atau subtotal: bila lesi tiroid mengenai kedua lobus, atau kanker tiroid sudah memiliki metastasis jauh, memerlukan terapi isotop pasca operasi, harus terlebih dulu dilakukan tiroidektomi.
2. Penanganan terhadap kelenjar limfe regional
Metastasis kelenjar limfe regional mencakup kelenjar limfe regio leher dan mediastinum superior, secara klinis lebih sering ditemukan metastasis kelenjar limfe leher. Umumnya metastasis kelenjar limfe leher tidak berpengaruh jelas terhadap prognosis, oleh karena itu bila negatif tidak dianjurkan untuk operasi pembersihan selektif kelenjar limfe leher. Sedangkan terhadap kasus yang positif harus dilakukan operasi pembersihan kelenjar limfe leher kuratif (diseksi).
Terapi Non-Operatif3,12,13,14
1. Radioterapi
a. Radioterapi eksternal: indikasi radioterapi umumnya dianggap mencakup karsinoma tak berdifferensiasi, seperti pada karsinoma medulare dan paliatif.
b. Radioterapi internal: radiasi I-131 berefek destruktif terhadap jaringan tiroid. I-131 secara klinis dipakai untuk terapi karsinoma tiroid berdiferensiasi, khususnya kasus dengan metastasis jauh, seperti pada karsinoma papilare dan folikulare.
2. Terapi Hormonal
Pasca operasi pasien pada dasarnya secara rutin diberikan tiroksin. Dasar teorinya adalah tiroksin dapat menghambat sekresi TSH sehingga mengurangi rekurensi dan metastasis. Dosis disesuaikan berdasarkan konsentrasi TSH serum atau mencapai kondisi batas hipertiroid.
Sifat pemberian terapi ini adalah untuk suplementasi setelah total tiroidektomi, untuk suplementasi kebutuhan, hormon yang diberikan ialah preparat tiroksin atau triyodo tiroksin. Terapi supresi L-tiroksin terhadap sekresi TSH dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping di berbagai organ target, seperti tulang (meningkatnya bone turnover, bone loss), dan jantung.
3. Kemoterapi
Secara klinis kemoterapi hanya dipakai secara selektif untuk pasien stadium lanjut yang tak dapat dioperasi atau pasien dengan metastasis jauh, atau dipakai bersama metode terapi lainnya.
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul tersebut suspek maligna dibedakan atas apakah kasus tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi secara blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau khemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ).7
Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :7
1. Lesi jinak.
Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi AMES (Age, Metastasis, Extent of primary cancer, tumor Size)
- Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi.
- Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma folikulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma medulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma anaplastik.
- Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
- Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB ( Biopsi Jarum Halus ). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :7
1. Hasil FNAB suspek maligna, “foliculare Pattern” dan “Hurthle Cell”.
Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.
2. Hasil FNAB benigna.
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6 bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.7
PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada :3,10
1. Tipe histopatologi
2. Stadium klinik patologi
3. Lamanya penyakit hingga terdiagnosis dan diberikan pengobatan
4. Usia penderita
Secara umum prognosis jauh lebih buruk pada pasien lanjut usia dan pasien dengan invasi ke jaringan di luar tiroid atau metastasis jauh.3,10
Prognosis pasien kanker tiroid stadium 1 sangat baik, dengan angka harapan hidup 20 tahun hampir 100 %. Dibandingkan dengan pasien pada stadium IV angka harapan hidup 5 tahunnya hanya 25 ℅, memiliki angka harapan hidup 10 tahun 65% (sedang) jika terdiagnosis berada pada stadium 2, memiliki angka harapan hidup 10 tahun 50-45% (buruk) pada stadium 3.6
Pada sebagian kecil karsinoma tiroid yang berdifferensiasi baik berkembang sangat cepat, untuk hal ini belum ada sistem staging terbaru yang cocok. Diantara tipe karsinoma tiroid, maka tipe karsinoma papiler mempunyai prognosis yang paling baik, prognosis pasien kanker tiroid folikuler diyakini lebih buruk dibandingkan tipe papiler, hal ini dikaitkan dengan tingginya metastase hematogen pada tipe ini. Namun demikian dalam pendekatan penatalaksanaan dan prognosis kedua tumor ini berada pada satu kelompok karsinoma tiroid berdiferensiasi baik. Karsinoma anaplastik memiliki prognosis terburuk, dengan rata-rata survival hanya 6 bulan setelah diagnosis ditegakkan.6

copaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar