Selasa, 05 Maret 2013

Thailand Masih Macan Asia Tenggara



Oleh: Aditya

Perkembangan Muangthong United, klub Liga Primer Thailand, mestinya layak dicatat sebagai bagian dari perjalanan sepak bola negara tersebut. Sebelum 2007, klub ini masih bermain untuk Divisi 2.

Dalam sistem sepak bola Thailand, Divisi 2 merupakan pertemuan juara-juara regional (zona yang dibagi menjadi lima. Pada 2007 lalu, Muangthong United yang disponsori Siam Sport Syndicate serta sejumlah perusahaan swasta menjadi juara.

Begitu masuk ke Liga Divisi 1 yang diikuti 18 klub, Muangthong United langsung menjadi juara. Tak tanggung-tanggung dua tahun berikutnya secara berturut-turut, membawa pulang Piala Liga Divisi Utama atau Liga Primer.

Namun tahun lalu prestasinya sedikit menurun, karena berada di posisi ketiga. Kendati demikian klub ini dicatat oleh sejarah Negeri Gajah Putih sebagai klub yang menjadi pendorong klub-klub lain berbenah, berpacu untuk menjadi yang terbaik.

Salah satu gerakan penting dalam proses berbenah itu ada di Provinsi Chonburi, dengan liga lokal: Chonburi Football Association (CFA) pada 2010. Ditambah dengan pendidikan kader pesepak bola sejak usia dini, dari sini lahir bibit-bibit pemain nasional.

"Itulah yang hidup di Thailand. Pembibitan dimulai sejak dari klub," ujar Steve Darby, mantan asisten pelatih nasional Thailand, yang kini menjadi konsultan pelatih pada Everton Academy, klub sepak bola Inggris.

Kehadirannya ke Thailand selama tiga tahun dimulai pada 2008 lalu dengan tugas utama: melatih para pelatih klub peserta Thailand Premier League.

Selain itu, pelatih impor tersebut bertugas keliling markas-markas klub untuk menyiapkan model pelatihan. Jadi tampak hasrat berkembang bukan dari pusat atau organisasi nasional, namun inisiatif lokal lebih berkembang di Thailand.

Bahkan Provinsi Chanburi sudah mengadopsi AFC’s Vision Asia, program Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) guna meningkatkan standardisasi sepak bola di kawasan Asia.

Keterlibatan perusahaan negara juga ikut memberikan andil dalam perkembangan sepak bola Thailand. Program program "One Sport Association, One State Enterprise", merupakan pendukung dari sisi pendanaan. Perusahaan-perusahaan plat merah mengucurkan sebagian keuntungannya untuk pembinaan para atlet termasuk sepak bola, dari sisi pelatihan para pelatih hingga pembinaan remaja.

Perlu digarisbawahi, semangat sepak bola Thailand adalah semangat transfer keahlian, bukan sekadar hiburan olah raga. Dari kehadiran pelatih asing yang membina para pelatih hingga kedatangan Robbie Fowler, mantan striker Inggris yang bergabung dengan Muangthong United.

Menanggapi perkembangan sepak bola Thailand ini, Agung Harsya, wartawan sepak bola dari Goal.com Indonesia menuturkan, kelebihannya adalah mampu melibatkan tim dari sekolah, di sub level 3. Mereka menjadi cikal-bakal pemain klub, kemudian nasional.

"Roda kompetisinya berjalan, sehingga selalu menghasilkan bakat-bakat pemain dan memaksimalkan potensi-potensi pemain lokalnya,” kata Agung.

Jadi tak heran, prestasi sepak bola Negeri Gajah Putih ini menjadi superior di kawasan Asia Tenggara. Setidaknya sudah tiga kali juara Tiger Cup (sekarang Piala AFF), 11 medali emas sepak bola SEA Games dan sembilan kali ikut ASIAN Games.

Terkait dengan kondisi sekarang, menurut Agung, ada tiga klub besar di negara tersebut. Yakni, Muangthong United, Buriram United serta Chonburi.

"Bahkan Chonburi sendiri mempunyai kerja sama dengan klub asal Jepang. Disinyalir, klub asal Jepang tersebut tertarik merekrut pemain Thailand yang bermain di Chonburi,” ujarnya.

Namun sayangnya, sepak bola Thailand mulai dimasuki kepentingan-kepentingan politik. "Maka tidak heran jika dominasi Thailand kini mulai meredup dalam kancah sepak bola se-Asia Tenggara,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar