A. TUJUAN
Adapun tujuan dari
praktikum ini, yaitu :
Mempelajari tes-tes yang
digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut.
Mengamati beberapa sifat
dasar antara senyawa organik dan anorganik.
B.
LANDASAN TEORI
Senyawa organik adalah
golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecualikarbida, karbonat,
dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Di antara beberapa golongan
senyawaan organik adalah senyawa
alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidrokarbon_aromatik&action=edit&redlink=1″>hidrokarbon
aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin
benzena; senyawa heterosiklik yang
mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus
berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan
karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk
anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik (Siregar,
2012).
Bahan organik dihasilkan
oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis, sehingga unsur karbon merupakan
penyusun utama dari bahan organik tersebut yang berada dalam bentuk senyawa
polisacharida, seperti sellulosa, hemi-sellulosa, pati serta bahan pektin dan
lignin. Selain itu beberapa bahan organik tanah juga mengandung protein dan
beberapa senyawa nitrogen lain. Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan
organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik
yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk
di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak
dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik
yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri
dari C, H dan O, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari sellulosa, pati, gula
dan senyawa protein (Lestari, 2009).
Perbedaan antara senyawa
organik dengan senyawa anorganik (Siregar, 2012)
No
|
Senyawa organik
|
Senyawa Anorganik
|
1
|
Kebanyakan berasal dari
makhluk hidup dan beberapa dari hasil sintesis
|
Berasal dari sumber daya
alam mineral ( bukan makhluk hidup)
|
2
|
Senyawa organik lebih
mudah terbakar, dan memberikan hasil akhir CO2, H2O, dan hasil
sampingan lainnya.
|
Tidak mudah terbakar
|
3
|
Strukturnya lebih rumit
|
Struktur sederhana
|
4
|
Semua senyawa organik
mengandung unsur karbon
|
Tidak semua senyawa
anorganik yang memiliki unsur karbon
|
5
|
Hanya dapat larut dalam
pelarut organik
|
Dapat larut dalam
pelarut air atau organik
|
6
|
CH4, C2H5OH, C2H6 dsb.
|
NaF, NaCl, NaBr, NaI
dsb.
|
7
|
Umumnya bersifat
non-elektrolit
|
Umumnya bersifat
elektrolit (konduktor listrik dalam larutannya)
|
8
|
Reaksi berlangsung
lambat
|
Reaksi berlangsung cepat
|
9
|
Titik didih dan titik
lebur rendah
|
Titik didih dan titik
lebur tinggi
|
Bila bahan biologis
dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah
menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen
menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk
abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan
antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Arifin,
2008).
Karbon atau arang
mmerupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85% sampai 95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mnegandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran
udara di dalam ruang pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut
hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi (Darmawan, 2008).
Alkohol R-OH dapat
dianggap hidrolisis dari alkana R-H, maupun sebagai turunan alkali dari air
H-OH. Sebagai turunan alkanan maupun air, sifat alkohol dapat menyerupai sifat
air karena keasaan gugus fungsi keduanya (Anonim, 2012). Alkohol mengandung
suatu oksigen sp3 dengan dua elektron valensi menyendiri, dimana
senyawa ini bersifat polar (Fessenden, 1982).
Etanol merupakan zat cair,
tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur
dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol
adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri
asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan sebagai bahan baku
pembuataneter danetil ester,Etanol juga untuk campuran minuman dan dapat
digunakan sebagai bahan bakar (gasohol) (Wiratmaja, 2011).
Ikatan hidrogen dapat
membentuk fase baru dan menghasilkan suatu senyawa baru dalam ikatannya dengan
atom lain seperti atom C, N, O, maupun ikatannya dengan atom hidrogen sendiri,
antara lain dalam pembentukan benzena, air(es), amoniak dan lain-lain. Pada
ikatan hidrogen tersebut terdapat karakteristik proton penyusun atomnya, yaitu
gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan tersebut dapat dipelajari dengan
mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan sehingga dapat diketahui perilaku
proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen dalam molekul H2O merupakan ikatan
kovalen, kajian kepadanya diperlukan untuk mengetahui bagaimana keadaan ideal
dari molekul tersebut (Kurniawan, 2005).
C. URAIAN
BAHAN
a) Akuades (FI.Ed.III hal. 96).
Nama Resmi
: Aqua
destilata.
Nama
Lain : air suling
Rumus
Molekul : H2O
Berat
molekul : 18
Rumus
Bangun :
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: dalam wadah
tertutup baik.
Kegunaan
: sebagai
pelarut.
b) NaCl (FI.Ed.III hal. 403).
Nama Resmi
: Natrium
Chloridum
Nama
Lain
: Natrium
klorida
Berat
Molekul : 32.04
g/mol
Rumus
Molekul : NaCl
Rumus
Bangun :
Pemerian
: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; rasa asin.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam gliserin; sukar larut dalam etano
Penyimpanan
: Dalam Wadah Tertutup baik
Khasiat
: Hemodialisis
Kegunaan
: Sebagai Sampel
c) AgNO3 (FI. Ed III, hal.
Nama Resmi
: Argenti Nitras
Nama
Lain
: Perak
nitrat
Berat molekul
: 168,87 g/mol
Rumus
Molekul : AgNO3
Pemerian
: hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan menjadi
gelap jika kena cahaya
Kelarutan
: sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Kegunaan
: sebagai larutan baku
d) Etanol
Nama Resmi
: Etil
Alkohol / etanol
Nama
Lain
: Etil
alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat; alkohol absolut
Berat molekul
: 46,07 g/mol
Rumus
Molekul : C2H5OH
Rumus Bangun
:
Pemerian
: cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Kegunaan
: sebagai
pelarut.
e) Kloroform
Nama
: Chloroformum
Nama lain
: kloroform
Berat
molekul : 119,38
g/mol
Rumus
molekul : CHCl3
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.
Kelarutan
: larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak,
dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam
minyak lemak.
Penyimpanan
: dalam
wadah tertutup baik bersumbat kaccca, terlindung dari cahaya.
Khasiat
: pengawet dan zat tambahan
Kegunaan
: pereaksi
f) KI (FI. Ed. III hal. 330).
Nama resmi
: Kalii
iodidum
Nama
lain
: Kalium Iodida
BM /
RM
: 166,00 g/mol
Rumus molekul
: KI
Rumus
bangun :
Pemerian
: transparan atau tidka berwarna, opak dan putih; atau serbuk butiran putih.
Higroskopis.
Kelarutan
:
sangat mudah larut dalam air, lebih mudha larut dalam air mendiidh; larut dalam
etanol (95%); mudah larut dalam gliserol.
Penyimpanan
: dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai
bahan uji
g) Glukosa (FI. Ed. III hal.268)
Nama resmi
: Glucosum
Nama
lain
: Glukosa
BM /
RM
: 198,17 g/mol
Rumus molekul
: C6H12O6
Rumus
bangun :
Pemerian
: hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran putih; tidak berbau; rasa
manis.
Kelarutan
: mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih; sukar larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai bahan uji
h) HCl
Nama resmi
: Acidum
Hydrochloridum
Nama
lain
: Asam klorida
BM /
RM
: 36,46 g/mol
Rumus molekul
: HCl
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asao dan bau hilang.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai bahan uji
D. METODE
KERJA
1. Alat
dan Bahan
a)
Alat.
Alat yang digunakan, yaitu
:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Pemanas bunsen
-
Hotplate
-
Gelas kimia
-
Cawan krus
-
Kawat tembaga
b)
Bahan.
Bahan yang digunakan,
yaitu :
-
NaCl
-
Kloroform
-
Etanol
-
Ag NO3
-
Air es
-
HCl
-
KI
-
Glukosa
-
Air Liur
2. Prosedur
Kerja
Deteksi unsur-unsur dengan
pembakaran senyawa organik
2 ml etanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam cawan krus
-
Dibakar
-
|
Hasil..?
|
Air es
|
-
Dimasukan kedalam gelas kimia kering
-
Disimpan diatas pembakaran etanol
-
Diamati
|
Tes Beilstein
HCl 3 M
|
-
Dimasukan ke tabung
-
Dimasukan kawat tembaga yang telah dipanaskan pada pemanas bunsen sebelumnya
-
Diamati
-
Langkah-langkah uji diatas diulangi untuk larutan CHCl3, KI dan air ludah
|
Hasil..?
|
Perbedaan sifat karena pemanasan.
NaCl
|
-
Dimasukan ke cawan krus
-
Dipanaskan
-
Diamati
-
Tahap uji diulangi untuk bahan glukosa
|
Hasil..?
|
Perbedaan dalam ionisasi.
NaCl 0,1 M
|
-
Dipipet 2 ml
-
Dimasukan ke tabung reaksi
-
Ditambahkan 3 tetes AgNO3 1%
-
Diamati
-
Tahap uji diulangi untuk bahan kloroform
|
Hasil..?
|
E.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Uji
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Deteksi unsur-unsur
dengan pembakaran senyawa organik
|
Etanol 2 ml dibakar dan
disimpan akuadesdinisn pada gelas kimia diatas cawan krus
|
Etanol lebih cepat
menguap dibandingkan air
|
2.
|
Perbedaan dalam ionisasi
|
NaCl + Ag NO3
|
Terionisasi
|
Kloroform + Ag NO3
|
Tidak terionisasi
|
||
3.
|
Tes beilstein
|
HCl 3M + kawat tembaga
panas
|
Reaksi positif terdapat
gelembung
|
Kloroform + kawat
tembaga panas
|
Reaksi positif tidak
terdapat gelembung
|
||
KI + kawat tembaga panas
|
|||
4.
|
Perbedaan sifat karena
pemanasan
|
NaCl dipanaskan
|
Tidak terjadi perubahan
|
Glukosa dipanaskan
|
Menjadi hitam
|
F.
PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan
senyawa yang memiliki ikatan karbon dan hidrogen atau lebih sederhananya
memiliki atom karbon sebagai salah satu unsur yang menyusun senyawa tersebut
kecualikarbida, karbonat,
dan oksida karbon. Sedangkan senyawa anorganik merupakan senyawa yang tidak
memiliki atom karbon, dalam hal ini senyawa dapat dibentuk oleh unsur logam dan
logam, non logam dan logam, dan sebagainya. Senyawa organik dan anorganik
memiliki sifat yang berbeda dalam merespon reaksi kimia dengan senyawa lain.
Berdasarkan perbedaan ini, maka pada percobaan kali ini dilakukan beberapa uji
terhadap sampel-sampel yang termasuk senyawa organik dan senyawa anorganik.
Senyawa organik yang
digunakan yaitu etanol, kloroform, dan glukosa, sedangkan senyawa anorganik
yang digunakan yaitu H2O, HCl, NaCl, dan KI. Uji pertama yaitu deteksi
unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik, hasil yang diperoleh yaitu
etanol lebih cepat mencapai titik didihnya dan terjadi penguapan dibandingkan
air. Seperti yang diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi titik didih yaitu
berat molekul, adanya zat terlarut, dan ikatan yang dibentuk oleh antar
molekul. Berat molekul berbanding lurus dengan kenaikan titik didih suatu
larutan, semakin besar berat molekul menandakan bahwa banyaknya molekul dalam
larutan tersebut, sehingga pergerakan molekul semakin sulit dan membuat ikatan
yang dibentuk pun susah putus. Adanya zat terlarut masih berkaitan dengan
penambahan berat molekul. Jenis ikatan juga ikut andil dalam titik didih suatu
larutan. Larutan yang molekul-molekulnya diikat oleh ikatan ionik atau kovalen
yang bersifat kuat maka diperlukan waktu lebih untuk memutuskannya.
Etanol walaupun memiliki
berat molekul yang lebih tinggi dari pada air, yaitu 46,07 g/mol tetapi lebih
cepat mencapai titik didihnya dibandingkan air. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
ikatan yang dibentuk oleh molekul air, dimana antara atom O pada suatu molekul
akan mengikat dengan ikatan hidrogen dengan atom H pada molekul lainnya.
Berdasarkan teori, ikatan hidrogen ini merupakan ikatan kovalen polar yang
tingkat kekuatan ikatannya berada dibawah ikatan ionik dan ikatan ini banyak
dibentuk oleh senyawa organik. Untuk memutuskan ikatan hidrogen sangat susah
sebab kecenderungan atom H untuk tertarik ke atom O yang bersifat lebih
elektronegativitas, sehingga ikatan ini susah untuk dilepaskan. Sedangkan pada
etanol juga terjadi ikatan hidrogen pada molekulnya, mengingat etanol memiliki
molekul yang hampir sama dengan air, tetapi adanya gugus alkil pada sisi lain
atom O yang membuat ikatan yang dibentuk tidak sekuat ikatan yang dibentuk oleh
air.
Selanjutnya dilakukan uji
perbedaan dalam ionisasi. Seperti yang diketahui senyawa organik merupakan non
elektolit dan senyawa anorganik merupakan senyawa elektrolit. Elektrolit
merupakan kemampuan untuk mengantarkan listrik yang disebabkan oleh terbentuknya
kation dan anion dalam larutan sehingga listrik dapat dihantarkan. Ketika HCl
yang merupakan senyawa anorganik di tambahkan beberapa tetes AgNO3, maka ikatan ion HCl
terputus dengan terbentuknya H yang beruang pasial positif dan Cl yang beruang
parsial negatif, inilah yang dikatakan sebagai ion muatan yang dihasilkan dan
ionisasi yaitu terbentuknya ion-ion yang bermuatan. Sedangkan pada anorganik,
ketika kloroform ditambahkan AgNO3, kloroform tidak dapat berubah menjadi ion-ion.
Tujuan penambahan AgNO3 untuk bereaksi dengan senyawa larutan sehingga
pada senyawa yang terdiri atas ion, ion-ionnya akan lebih mudah bergerak bebas.
Terbentuknya ion-ion ini
berkaitan dengan uji beilstein. Pada uji ini, kedalam NaCl, kloroform dan KI
dimasukan kawat yang telah dipanaskan, lalu diamati terbentuknya
gelembung-gelembung pada larutan. Hasil yang diperoleh yaitu senyawa organik
tidak terdapat gelembung pada larutan sedangkan pada larutan senyawa organik
terdapat gelembung. Ketika kawat panas dimasukan kedalam larutan, ion-ion pada
larutan senyawa anorganik akan menghantarkan panas dan akan terbentuk
gelembung-gelembung gas yang berupa hidrogen sebagai bentuk penguapan.
Sedangkan pada larutan senyawa organik tidak dapat membentuk ion-ion sehingga
gelembung gas tidak dapat dihasilkan. Pada percobaan ini tidak dilakukan
perlakuan uji pada larutan KI sehingga tidak diperoleh hasil untuk KI.
Selanjutnya dilakukan uji
perbedaan sifat karena pemanasan. Telah dijelaskan sebelumnya senyawa organik
disusun oleh atom karbon, dan terdapat ikatan C-H pada senyawanya. Ketika
senyawa organik dipanaskan, maka atom H yang merupakan golongan gas akan
mengalami penguapan dan yang tersisa adalah atom karbon. Sesuai namanya, karbon
identik dengan warna hitam. Maka bila senyawa organik dipanaskan terus menerus,
maka yang diperoleh adalah serbuk hitam atau kehitaman yang merupakan sifat
karbon. Sedangkan pada senyawa anorganik, tidak akan mengalami perubahan apapun
karena tidak disusun oleh karbon. Pada hasil pun menunjukkan hal yang sejalan
dengan teori, dimana glukosa dipanaskan menghasilkan benda dengan warna hitam,
ini menunjukan pada glukosa terdapat karbon. Sedangkan pada NaCl tidak terjadi
perubahan apapun yang merupakan tanda bahwa tidak terdapat karbon dalam NaCl.
G.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
dapat ditarik dari praktikum ini yaitu:
Untuk mengidentifikasi
senyaw organik dan anorganik dapat dilakukan uji pembakaran, tes beilstein, tes
pemanasan, dan tes ionisasi dengan menggunakan AgNO3 sebagai
pereaksi.
Sifat dasar senyawa
organik yaitu memiliki titik didih yang tinggi dibandingkan senyawa anorganik,
senyawa organik tidak dapat membentuk ion-ion atau tidak terionisasi, sedangkan
senyawa anorganik dapat mengalami ionisasi menjadi kation dan anion sehingga
dapat menghantarkan arus listrik dan menghasilkan gelembung, senyawa organik
bila dipanaskan akan terbentuk arang yang merupakan perwujudan dari atom karbon
dalam senyawanya sedangkan pada senyawa anorganik bila dipanaskan tidak akan
berubah warna menjadi hitam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. Z. 2008. Beberapa
Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya.Jurnal
Litbang Pertanian. Vol. 27 No.3.
Darmawan. P. 2008.
Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Kulit Ubi Kayu. Jurnal
Kimia dan Teknologi. ISSN 0216-163X.
Fessenden, Fessenden.
1982. Kimia Organik. Edisi Ketiga Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Kurniawan. Y., Muhammad.
N. 2005. Studi Pemodelan Dinamika Proton Dalam Ikatan Hidrogen H2O Padatan Satu
Dimensi. Jurnal Fisika. Vol.8, No.3.
Lestari. A.P. 2009.
Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk Anorganik dengan
Pupuk Organik. Jurnal Agronomi. Vol.13, No.1.
Siregar. 2012. Senyawa
Organik dan Anorganik.http://chemicalregar.blogspot.com/2012/04/senyawa-organik-dan-anorganik.html.
Diakses 17 November 2012.
Wiratmaja. I.G., I Gusti.
BWK., I Nyoman. SW. 2011, “Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan
Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Baku”, Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin, Vol. 5 No.1.
Pertanyaan :
Simpulkan perbedaan
senyawa organik dan senyawa anorganik !
Tuliskan persamaan reaksi
untuk percobaan 1a1; 1a2; 1a3 dan 1b !
Tuliskan persamaan reaksi
untuk percobaan 2a !
Simpulkan hasil pengamatan
percobaan 2b!
Simpulkan hasil
ppengamatan percobaan 2c !
Jawab :
Perbedaan senyawa organik
dan senyawa anorganik :
-
Senyawa organik memiliki atom karbon pada senyawanya, sedangkan senyawa anorganik
tidak memiliki atom karbon pada senyawanya
-
Ikatan yang menyusun molekul senyawa organik yaitu ikatan kovalen, sedangkan
ikatan yang menyusun molekul senyawa anorganik yaitu ikatan ionik dan kovalen
polar
-
Senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga cepat mengalami
penguapan, sedangkan senyawa anorganik memiliki titik didih yang tinggi
-
Senyawa organik bukan senyawa elektrolit, tidak mampu terionisasi sehingga
tidak dapat menghasilkan gelembung gas, sedangkan senyawa anorganik merupakan
senyawa elektrolit, mampu terionisasi sehingga menghasilkan gelembung gas
ketika diberikan kawat panas.
-
Apabila dibakar, senyawa organik akan mengalami perubahan warna menjadi hitam
yang disebabkan oleh adanya karbon dalam senyawanya, sedangkan senyawa
anorganik tidak akan mengalami perubahan warna menjadi hitam.
Percobaan 2c :
Senyawa organik yaitu
kloroform bukanlah senyawa yang dapat membentuk ion atau mengalami ionisasi
sehingga ketika ditambahkan AgNO3 maka tidak terjadi ionisasi, sedangkan senyawa
anorganik yang terikat secara ionik ketika ditambahkan AgNO3, ikatan ioniknya
akan merenggang dan putus menyebabkan terbentuknya ion-ion bermuatan sehingga
senyawa anorganik dapat terionisasi dan tidak pada senyawa organik.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
ORGANIK I
PERCOBAAN 2
SIFAT-SIFAT KELARUTAN
SENYAWA ORGANIK
OLEH :
NAMA
:
NURRAMADHANI.A.SIDA
STAMBUK
: F1F1 11 114
KELAS
: FARMASI A
KELOMPOK
: 4
NAMA
ASISTEN
: MUH. DITO
ERLANGGA
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
SIFAT-SIFAT KELARUTAN
SENYAWA ORGANIK
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari
praktikum ini, yaitu :
Mempelajari sifat-sifat
kelarutan senyawa organik.
Membandingkan tingkat
kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut.
B.
LANDASAN TEORI
Senyawa organik adalah
golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecualikarbida, karbonat,
dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Di antara beberapa golongan
senyawaan organik adalah senyawa
alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidrokarbon_aromatik&action=edit&redlink=1″>hidrokarbon
aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin
benzena; senyawa heterosiklik yang
mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang
(Siregar, 2012).
Kelarutan adalah kadar
jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa
interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Kelarutan suatu zat (solute) dalam
solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang
strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan
atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan
dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London)
atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012).
Kelarutan sebagian besar
disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Namun
Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup
untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut
membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh
dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton,
dll yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen
dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara
ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang
rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang
berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut
aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh
karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen,
tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam
pelarut nonpolar (Martin, 1993).
Etanol merupakan zat cair,
tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur
dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol
adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri
asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan sebagai bahan baku
pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011). Heksana adalah sebuah senyawa
hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 . Awalan heks- merujuk pada enam
karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal
dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan
atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan
tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010).
Umumnya minyak goreng yang
digunakan untuk menggoreng adalah minyak bunga matahari, minyak kelapa sawit,
minyak kelapa. Fakta bahwa, ketika minyak seperti ini yang dipanaskan untuk
perpanjangan waktu (penyalahgunaan), mereka mengalami oksidasi (degradasi) dan
menimbulkan oksida. Banyak dari seperti hidroperoksida, epoksida dan polimer
zat telah menunjukkan merugikan kesehatan / biologi efek seperti retardasi
pertumbuhan, peningkatan ukuran hati dan ginjal serta kerusakan sel (Sudhir,
2010).
Bahan yang bersifat polar
terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang non polar
umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut
yang ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis
pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan bahan. Pada bagian berikut
disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang sering digunakan di
laboratorium (Iqmal, 2012).
Ikatan hidrogen dapat
membentuk fase baru dan menghasilkan suatu senyawa baru dalam ikatannya dengan
atom lain seperti atom C, N, O, maupun ikatannya dengan atom hidrogen sendiri,
antara lain dalam pembentukan benzena, air(es), amoniak dan lain-lain. Pada
ikatan hidrogen tersebut terdapat karakteristik proton penyusun atomnya, yaitu
gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan tersebut dapat dipelajari dengan
mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan sehingga dapat diketahui perilaku
proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen dalam molekul H2O merupakan ikatan
kovalen, kajian kepadanya diperlukan untuk mengetahui bagaimana keadaan ideal
dari molekul tersebut (Kurniawan, 2005).
C. URAIAN
BAHAN
a) Akuades (Dirjen POM, 1979).
Nama Resmi
: Aqua
destilata.
Nama Lain
: air suling
Rumus
Molekul : H2O
Berat
molekul : 18
Rumus
Bangun :
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: dalam wadah
tertutup baik.
Kegunaan
: sebagai pelarut.
b) NaCl (FI.Ed.III hal. 403).
Nama Resmi
: Natrium
Chloridum
Nama
Lain
: Natrium
klorida
Berat
Molekul : 32.04
g/mol
Rumus
Molekul : NaCl
Rumus
Bangun :
Pemerian
: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; rasa asin.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam gliserin; sukar larut dalam etano
Penyimpanan
: Dalam Wadah Tertutup baik
Khasiat
: Hemodialisis
Kegunaan
: Sebagai Sampel
c) Etanol
Nama Resmi
: Etil
Alkohol / etanol
Nama
Lain
: Etil
alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat; alkohol absolut
Berat molekul
: 46,07 g/mol
Rumus
Molekul : C2H5OH
Rumus
Bangun :
Pemerian
: cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Kegunaan
: sebagai
pelarut.
d) Kloroform
Nama
: Chloroformum
Nama lain
: kloroform
Berat
molekul : 119,38
g/mol
Rumus
molekul : CHCl3
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.
Kelarutan
: larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak,
dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam
minyak lemak.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik bersumbat kaccca, terlindung dari cahaya.
Khasiat
: pengawet dan zat tambahan
Kegunaan
: pereaksi
e) Glukosa (FI. Ed. III hal.268)
Nama
resmi
: Glucosum
Nama
lain
: Glukosa
BM /
RM
: 198,17 g/mol
Rumus molekul
: C6H12O6
Rumus
bangun :
Pemerian
: hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran putih; tidak berbau; rasa
manis.
Kelarutan
: mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih; sukar larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai bahan uji
f) HCl
Nama
resmi
: Acidum Hydrochloridum
Nama
lain
: Asam klorida
BM /
RM
: 36,46 g/mol
Rumus molekul
: HCl
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asao dan bau hilang.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai bahan uji
g) NaOH (Dirjen
POM, 1979).
Nama
resmi
: Natrii hydroxydum
Nama
lain
: Natrium hidroksida
Berat
molekul
: 40,00 g/mol
Rumus
molekul : NaOH
Pemerian
: Bentuk
batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh
basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
o Kandungan
: Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan
tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
Khasiat
: -
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
h)
Asam asetat (Dirjen POM, 1979).
Nama
resmi : Acidum
aceticum
Nama
lain
: Cuka
Berat
molekul : 60,05 g/mol
Rumus
molekul : C2H4O2
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Kelarutan
: dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
: zat tambahan.
i)
Etil asetat
Nama
resmi : Acidum
aceticum
Nama
lain
: Cuka
Berat
molekul : 60,05 g/mol
Rumus
molekul : C2H4O2
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Kelarutan
: dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
: zat tambahan.
j) Metanol
(Dirjen POM, 1979).
Nama Resmi
: Metil Alkohol
Nama
Lain : Metanol,
Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil hidrat, Alkohol kayu, Karbinol.
Berat
Molekul : 32.04 g/mol
Rumus
Molekul : CH3OH
Rumus
Bangun :
Pemerian
: Pada “keadaan atmosfer” ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan
daripada etanol).
Kegunaan
: sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan
additif bagi etanol industri.
k) Butanol
(Mewal, 2011).
Nama Resmi
: Butanol
Nama
Lain : butil
alkohol
Berat molekul
: 46,07 g/mol
Rumus
Molekul : C4H9OH.
Rumus
Bangun :
Pemerian
:
Kegunaan
: sebagai
pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar.
l) n-Heksan
(Dirjen POM, 1979).
Nama
: n-heksana
Berat
molekul
: 86.18 g/mol
Rumus
molekul : C6H14
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan tak berwarna, dapat dibakar
Kegunaan
: pelarut organik
m) Asam
sulfat (Dirjen POM, 1979).
Nama
resmi : Acidum
sulfuricum
Nama lain
: asam
sulfat
Berat
molekul : 98,07 g/mol
Rumus
molekul : H2SO4
Rumus
Bangun :
Pemerian
: cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna; jika ditambahkan ke
dalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
: zat tambahan
n)
Parafin (Dirjen POM, 1979).
Nama
resmi : Paraffinum
liquidum
Nama
lain
: Parafin cair
Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi, tidak berwarna, hampir
tidak berbau, hampir tidak mempunyai warna.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform
dan dalam eter.
D. METODE
KERJA
1. Alat
dan Bahan
a)
Alat.
Alat yang digunakan, yaitu
:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
b)
Bahan.
Bahan yang digunakan,
yaitu :
-
Kloroform
-
Etanol
-
H2SO4 encer
n-Heksana
-
HCl
-
Butanol
-
Metanol
-
Glukosa
-
Minyak Goreng
-
Parafin
-
Etil asetat
-
Asam asetat
-
NaOH
-
Akuades
2. Prosedur
Kerja
Minyak goreng
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Larut dalam n-Heksana
dan NaOH
|
Metanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Etanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Glukosa
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut
|
Butanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Larut
|
Parafin
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Metanol
|
Larut dalam n-Heksana
|
Etil asetat
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Larut dalam n-Heksana
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Kloroform
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-heksana
|
Asam asetat
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Asam sulfat
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Aquades
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Natrium Hidroksida
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam
n-Heksana
|
Asam Klorida
|
E.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Senyawa
|
Kelarutan
Dalam
|
||||
n-Heksana
|
H2O
|
NaOH
|
HCl
|
H2SO4
|
||
1.
|
Minyak Goreng
|
√
|
-
|
√
|
-
|
-
|
2.
|
Metanol
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
3.
|
Etanol
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
4.
|
Butanol
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
Glukosa
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
6.
|
Parafin
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
Etilasetat
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
Kloroform
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
9.
|
Asam asetat
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
10.
|
Air
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
11.
|
Asam sulfat
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
12.
|
Natrium
hidroksida
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
13.
|
Asam klorida
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
F.
PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan
senyawa yang memiliki atom karbon sebagai salah satu unsur yang menyusun
senyawanya kecuali karbida, karbonat,
dan oksida karbon. Penggunaan senyawa organik itu sendiri telah banyak
digunakan dalam laboratorium, dan kehidupan sehari-hari pun kerap dipakai untuk
keperluan manusia, sebagai contoh penggunaan cuka atau asam asetat dalam bahan
tambahan makanan, karbohidrat yang berupa sukrosa sebagai gula pemanis makanan
dan minuman. Namun kebanyakan senyawa organik ditemui dalam bentuk padatan, dan
juga beberapa diantaranya berupa cairan. Senyawa organik banyak digunakan dalam
bentuk larutan, yaitu campuran pelarut dan terlarut. Namun, tidak semua senyawa
organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut yang sama, ada beberapa sifat kelarutan
yang berbeda pada setiap senyawa organik.
Pada percobaan ini,
dilakukan pengujian kelarutan beberapa contoh senyawa organik dalam beberapa
jenis pelarut. Pelarut yang digunakan yaitu air, HCl, H2SO4 dan NaOH
sebagai pelarut anorganik dan n-heksan sebagai pelarut organik. Berdasarkan
kepolarannya, air, HCl, H2SO4 dan NaOH merupakan pelarut polar dan n-heksan
sebagai pelarut non polar. Berpatokan pada prinsip kelarutan Like Dissolves
Like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar,
begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non
polar.
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada praktikum ini, hanya glukosa yang menunjukan kelarutan pada
segala jenis pelarut. Kelarutan suatu solut dalam sejumlah solven selain
dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul pelarut. Pada glukosa misalnya, glukosa
merupakan senyawa non polar, dimana glukosa dibentuk oleh ikatan kovalen dan
muatan dieletriknya adalah O karena kecilnya perbedaan elektronegativitasnya.
Bila berpatokan pada prinsip Like dissolves like maka glukosa seharusnya hanya
dapat larut dalam pelarut non polar yaitu n-heksan. Namun karena kemampuannya
untuk membentuk ikatan hidrogen melalui atom O pada gugus glukosa yang
melakukan ikatan dengan atom H pada air sehingga glukosa dapat larut dalam
pelarut air. Namun bukan saja dengan air senyawa glukosa dapat membentuk ikatan
hidrogen, pada pelarut polar lainnya juga.
Untuk bahan kloroform,
asam asetat, air, asam sulfat, natrium hidroksida, dan asam klorida menunjukkan
kepolaritasannya dalam kelarutan pada pelarut, dimana bahan-bahan uji ini hanya
larut dalam pelarut polarnya dan tidak pada pelarut n-heksan. Seperti yang
dijelaskan pada literatur, kecenderungan suatu zat untuk larut sempurna dalam
pelarutnya diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan zat tersebut untuk
berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan membentuk suatu
zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada kloroform, asam asetat, asam
klorida, natrium hidroksida dan lain sebagainya, ikatan antar atom nya dibentuk
dari ikatan ionik atau kovalen polar. Dimana ikatan ionik apabila diputuskan,
maka atom yang memiliki tingkat elektronegatif lebih tinggi akan bermuatan
negatif dan atom lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini dicampurkan
maka bagian parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk membentuk
ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
Turunan alkohol yaitu
metanol, etanol dan butanol berdasarkan hasil percobaan ini diperoleh data yang
menunjukkan hanya butanol yang tidak larut pada beberapa pelarut yang
disediakan. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa kelarutan dapat
dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya. Molekul air,
dibentuk oleh atom H dan O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O oleh
sebuah ikatan sigma. Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang
hampir sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air, hal
ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. seperti yang
diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin panjang alkil yang
dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat non polarnya. Pada metanol
dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua senyawa ini miliki tidak begitu
panjang dan tidak merubah tingkat kelektronegatif sehinnga etanol dan metanol
dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan pada butanol, gugus alkilnya lebih
mendominasi molekul sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar. Namun, pada
hasil yang diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-heksan sebagai
pelarut nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam mencampur
bahan.
Lalu untuk kelarutan
parafin, minyak goreng dan etil asetat sebagai senyawa nonpolar sudah dapat
dipastikan hanya akan larut dalam pelarut non polar, dan hal ini dibenarkan
pada hasil pencampuran ketiga bahan ini dengan pelarut n-heksan. Dimana, ketiga
bahan ini hanya larut total dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis cairan
apabila dilarutkan dalam pelarut polar. Terbentuknya 2 lapis cairan oleh
senyawa polar dan senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh ikatan yang dibentuk.
Pada literatur dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil ], sehingg
ketika dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai alkil
tidak dapat diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar yang dapat
berikatan apabila ada ion bermuatan yang dihasilkan atau adanya atom yng lebih
elekronegatif menarik atom H dan membentuk jembatan hidrogen.
Dalam bidang farmasi,
pengetahuan mengenai kelarutan sangat diperlukan. Pengetahuan mengenai
sifat-sifat kelarutan senyawa organik digunakan oleh apoteker dalam
membuat dan meracik obat sehingga obat menyenangkan untuk dikonsumsi, selain
itu pula digunakan apoteker untuk memperkirakan efek terapi dari obat tersebut,
apakah onset yang dihasilkan cepat atau lambat berdasarkan daya larutny dalam
lemak tubuh.
G.
KESIMPULAN
Berdasrkan hasil percoban
maka dapat ditarik kesimpulan :
Senyawa organik dapat
larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan senyawa organik tergantung
pada kemampuan senyawa organik untuk membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom
elektronegatif sehingga dapat larut dalam senyawa polar.
Tingkat kelarutan senyawa
organik yaitu glukosa > (metanol, etanol, klorofm, asam asetat) >
(n-heksan, parafin, minyak goreng) > butanol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas
Haluoleo. Kendari.
Dirjen POM.1972. Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Iqmal. 2012. Kaidah
Kelarutan Bahan. http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?p=2425. Diakses
25 November 2012.
Kurniawan. Y., Muhammad.
N. 2005. Studi Pemodelan Dinamika Proton Dalam Ikatan Hidrogen H2O Padatan Satu
Dimensi. Jurnal Fisika. Vol.8, No.3.
Lestari. A.P. 2009.
Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk Anorganik dengan
Pupuk Organik. Jurnal Agronomi. Vol.13, No.1.
Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi
Ketiga 1. UI Press. Jakarta.
Munawaroh. S., Prima.AH.
2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.)
Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol.
2. No.1. Hal : 73-78.
Siregar. 2012. Senyawa
Organik dan Anorganik.http://chemicalregar.blogspot.com/2012/04/senyawa-organik-dan-anorganik.html.
Diakses 17 November 2012.
Wiratmaja. I.G., I Gusti.
BWK., I Nyoman. SW. 2011, “Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan
Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Baku”, Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin, Vol. 5 No.1.
Sudhir, CV., NY. Sharma.,
p. Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils as Biodiesel Feed Stock.Journal
for Engineering Research. 12 (3). Hal:69-75.
Pertanyaan :
Simpulkan perbedaan senyawa
organik dan senyawa anorganik !
Tuliskan persamaan reaksi
untuk percobaan 1a1; 1a2; 1a3 dan 1b !
Tuliskan persamaan reaksi
untuk percobaan 2a !
Simpulkan hasil pengamatan
percobaan 2b!
Simpulkan hasil
ppengamatan percobaan 2c !
Jawab :
Perbedaan senyawa organik
dan senyawa anorganik :
-
Senyawa organik memiliki atom karbon pada senyawanya, sedangkan senyawa
anorganik tidak memiliki atom karbon pada senyawanya
-
Ikatan yang menyusun molekul senyawa organik yaitu ikatan kovalen, sedangkan
ikatan yang menyusun molekul senyawa anorganik yaitu ikatan ionik dan kovalen
polar
-
Senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga cepat mengalami
penguapan, sedangkan senyawa anorganik memiliki titik didih yang tinggi
-
Senyawa organik bukan senyawa elektrolit, tidak mampu terionisasi sehingga
tidak dapat menghasilkan gelembung gas, sedangkan senyawa anorganik merupakan
senyawa elektrolit, mampu terionisasi sehingga menghasilkan gelembung gas
ketika diberikan kawat panas.
-
Apabila dibakar, senyawa organik akan mengalami perubahan warna menjadi hitam
yang disebabkan oleh adanya karbon dalam senyawanya, sedangkan senyawa
anorganik tidak akan mengalami perubahan warna menjadi hitam.
Percobaan 2c :
Senyawa organik yaitu
kloroform bukanlah senyawa yang dapat membentuk ion atau mengalami ionisasi
sehingga ketika ditambahkan AgNO3 maka tidak terjadi ionisasi, sedangkan senyawa
anorganik yang terikat secara ionik ketika ditambahkan AgNO3, ikatan ioniknya
akan merenggang dan putus menyebabkan terbentuknya ion-ion bermuatan sehingga
senyawa anorganik dapat terionisasi dan tidak pada senyawa organik.
CampuranIdeal
Campuran ideal adalah sebuah
campuran yang menaati hukum Raoult.
Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Homogen pada seluruh
kisaran komposisi dari system, mulai dari fraksi mol nol sampai dengan satu
(0<x<1).
Pada pembentukan larutan
dari komponennya, tidak ada perubahan entalpi (∆H campuran = 0), artinya panas
larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah sama.
Perubahan volume campuran
adalah sama dengan nol (V campuran = 0), artinya jumlah volume larutan sebelum
dan sesudah pencampuran adalah sama.
Memenuhi hukum Raoult.
Suatu larutan
dianggap bersifat ideal, karena didasarkan pada kekuatan relative dari gaya
tarik-menarik antara molekul solute dengan solventnya. Larutan atau campuran
ideal adalah larutan yang gaya tarik-menarik antara molekul-molekul sama dengan
gaya tarik-menarik molekul-molekul dari solute dan solventnya masing-masing.
Campuran ideal dan gaya
intermolekuler
Dalam sebuah larutan A
ketika diberikan kalor, ada beberapa molekul yang berenergi besar dapat
menggunakan energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan
cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap.
Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu.
Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu.
Dalam larutan B ketika
diberikan kalor, hal yang sama juga terjadi, sebagian dari molekul-molekul yang
ada akan mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan.
Dikatakan campuran ideal
yaitu apabila kedua jenis zat cair ini dicampurkan, maka kecenderungan molekul
yang beeenergi tinggi untuk melepaskan diri dan menjadi uap dari kedua jenis
zat cair ini tidak berubah. Dimana jumlah molekul zat yang melepaskan diri
menjadi uap pada saat masih dalam sesama jenis sama dengan jumlah molekul yang
menjadi uap pada saat kedua zat dicampurkan. KECENDERUNGAN melepaskan diri ini
berhubungan dengan kuatnya ikatan, dengan kata lain campuran ideal yaitu
campuran yang memiliki ikatan antar molekul suatu larutan sama dengan ikatan
antar molekul sebelum menjadi campuran
Hubungan hukum raoult
dengan campuran ideal.
Tekanan uap parsial
berbanding lurus dengan fraksi mol, semakin besar fraksi mol semakin besar pula
tekanan uap parsialnya. Fraksi mol berhubungan dengan banyaknya zat terlarut
yang terdapat dalam larutan tersebut. Maka dapat disimpulkan semakin banyak
molekul yang terdapat dalam molekul maka semakin besar tekanan uapnya.
Tekanan uap itu sendiri
berbanding lurus dengan kuatnya ikatan intermolekul yang telah dijelaskan
sebelumnya pada campuran ideal. Semakin besar ikatan antar molekul maka semakin
sedikit molekul yang dapat berubah menjadi uap sehingga tekanan uapnya kecil,
sedangkan apabila ikatan intra molekulnya kecil makin banyak molekul yang
melepaskan diri menjadi uap dan tekanan uapnya besar.
Titik didih adalah suhu
dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Untuk tekanan uap rendah
diperlukan suhu lebih agar tekanannya sama dengan tekanan atmosfer, sedangkan
tekanan uap tinggi tidak perlu memerlukan suhu tinggi untuk membuat tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer.
Titik didih ini diperlukan
dalam proses destilasi, dimana destilasi merupakan metode pemisahan dan
pemurnian zat cari berdasarkan perbedaan titik didih, yang memiliki titik didih
rendah akan menguap terlebih dahulu dan berubah menjasi destilat setelah
diembunkan dan yang memiliki titik didih tinggi akan menguap paling terakhir.
Jadi hukum raoult dapat
digunakan untuk menjelaskan proses destilasi.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi destilasi :
jenis larutan. Setiap
larutan mempunyai tekanan uap dan titik didih yang berbeda sehingga proses
destilasi dan jenis destilasi yang dilakukan pada tiap larutan dapat
berbeda-beda
volume
larutan,
Suhu
dan tekanan
PENGUJIAN AKTIVITAS
AMILASE
A. TUJUAN
Tujuan dilakukannya
percobaan ini, yaitu agar mahasiswa dapat melakukan pengujian aktivitas
amilase.
B.
TINJAUAN PUSTAKA
Pati yang juga merupakan
simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan ini berbentuk butiran-butiran kecil
mikroskopik dengan berdiameter berkisar antara 5-50 nm. Pati umumnya akan
terbentuk dari dua polimer molekul glukosa yaitu amilosa (amylose) dan
amilopektin (amylopectin). Amilosa merupakan polimer glukosa rantai
panjang yang tidak bercabang sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa
dengan susunan yang bercabangcabang (Irawan, 2007). Pati merupakan polimer yang
tersusun dari unit satuan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-1,4
glikosidik dan ikatan α-1,6 glikosidik pada percabangan rantainya. Secara
alami, pati merupakan campuran dari amilosa dan amilopektin yang kedua-duanya
merupakan suatu polimer dari α-D-glukosa (Sukandar, 2011).
Enzim adalah molekul
biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan
susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting dalam
berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan
oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan
metabolisme pertahanan sel (Anonim, 2011). Enzim meningkatkan laju reaksi
sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada
keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan
bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu
enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai
tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan
bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury, 1995).
Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih
cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim
dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai
derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energi aktiasi suatu reaksi enzim dapat menurunkan energi aktivasi
suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada membutuhkan energi atau mengeluarkan
energi (Poedjadi, 2006).
Cairan ludah adalah
secretion1 eksokrin, 2 consistingof sekitar 99% air, yang mengandung berbagai
elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat)
dan protein, yang diwakili oleh enzim, immunoglobulin dan faktor antimikroba
lainnya, glikoprotein mukosa, jejak albumin dan beberapa polipeptida dan
oligopeptida yang penting bagi kesehatan mulut. Ada juga glukosa dan produk
nitrogen, seperti urea dan ammonia.3, 4 Komponen berinteraksi dan bertanggung
jawab atas berbagai fungsi dikaitkan dengan air liur. Air liur bertanggung
jawab untuk pencernaan awal pati, mendukung pembentukan, makanan bolus.13 17
Tindakan ini terjadi terutama oleh adanya enzim pencernaan α-amilase (ptyalin)
dalam komposisi air liur. Fungsi biologis adalah untuk membagi pati menjadi
maltosa, maltotriosa, dan dekstrin. Enzim ini dianggap baik indikator kelenjar
ludah berfungsi, 29 kontribusi 40% sampai 50% dari jumlah ludah protein yang dihasilkan
oleh kelenjar. Semakin besar bagian dari enzim (80%) disintesis dalam parotids
dan sisanya di submandibula kelenjar. Aksinya tidak aktif di bagian asam dari
saluran pencernaan dan akibatnya terbatas pada mulut (Almeida, 2008).
Pengukuran aktivitas amilase
dan glukanase dilakukan berdasar kepada kemampuan enzim tersebut dalam mengurai
substrat (polisakarida) menjadi monosakarida dalam bentuk gula pereduksi, pada
satuan waktu tertentu. Akurasi pengukuran dapat dicapai bila proses deteksi
gula pereduksi berlangsung optimum. Reagen DNS yang digunakan dalam mengukur
gula pereduksi terdiri dari asam dinitrosalisilat, garam Rochelle dan natrium
hidroksida (Rahmansyah, 2003).
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah (Dwidjoseputro, 1992) :
suhu
Oleh karena reaksi kimia
itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat
dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka
kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan
terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
b.
pH
Umumnya enzim efektifitas
maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara
irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
c.
konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain,
kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim
tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah
dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
d.
konsentrasi substrat
Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi.
Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn
konsenrasi substrat diperbesar.
e.
zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi
suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif
yang mengalami hambatan.
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury dan Ross, 1995).
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury dan Ross, 1995).
C. ALAT
DAN BAHAN
a)
Alat
Alat yang digunakan yaitu
:
Tabung reaksi
Pipet tetes
Timbangan analitik
Gelas kimia 50 ml
Erlenmeyer
Gelas ukur 50 ml
Batang pengaduk
Cawan petri
Penangas air
Tissue
Spektrofotometer
Kuvet
Corong
Gegep
Kertas label
b)
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu
:
Saliva
NaOH
Reagen DNS
H2SO4 2M
Akuades
Pati 4%
D.
PROSEDUR KERJA
A)
PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM AMILASE.
Pati
|
-
Ditimbang 0,04 gram
-
Diencerkan dengan akuades hingga 10 ml
-
Dipipet masing-masing 0,5 ml
-
Dimasukan ke dalam tabung I,II, dan III
-
Ditambahkan akuades masing-masing 0,5 ml
-
Ditambahkan saliva masing-masing 1 ml
-
Diinkubasi masing-masing pada suhu 4; 37; 80 oC
-
Ditambahkan pereaksi DNS masing-masing 1 ml
-
Dikocok
-
Dipanaskan
-
Didinginkan dalam air dingin
-
Ditambahkan 8 ml akuades pada masing-masing tabung
-
Dikocok
-
Diukur absobansinya
|
Hasil ..?
|
B)
PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
-
Ditimbang 0,04 gram
-
Diencerkan dengan akuades hingga 10 ml
-
Dipipet masing-masing 1; 0,5; 0 ml
-
Dimasukan ke dalam tabung I,II, dan III
-
Ditambahkan akuades masing-masing 0; 0,5; 1 ml
-
Ditambahkan saliva masing-masing 1 ml
-
Diinkubasi masing-masing pada suhu 60 oC selama 15 menit
-
Ditambahkan pereaksi DNS masing-masing 1 ml
-
Dikocok
-
Dipanaskan selama 15 menit
-
Didinginkan dalam air dingin
-
Ditambahkan 8 ml akuades pada masing-masing tabung
-
Dikocok
-
Diukur absobansinya
|
Hasil ..?
|
Pati
|
C)
PENGARUH PH TERHADAP AKTIVITAS AMILASE
-
Ditimbang 0,04 gram
-
Diencerkan dengan akuades hingga 10 ml
-
Dipipet masing-masing 1; 0,5; 0 ml
-
Dimasukan ke dalam tabung I,II, dan III
-
Ditambahkan akuades masing-masing 0; 0,5; 1 ml
-
Ditambahkan saliva masing-masing 1 ml
-
Diinkubasi masing-masing pada suhu 60 oC selama 15 menit
-
Ditambahkan pereaksi DNS masing-masing 1 ml
-
Dikocok
-
Dipanaskan selama 15 menit
-
Didinginkan dalam air dingin
-
Ditambahkan 8 ml akuades pada masing-masing tabung
-
Dikocok
-
Diukur absobansinya
|
Hasil ..?
|
Pati
|
D) PENGARUH
WAKTU INKUBASI TERHADAP AKTIVITAS AMILASE
-
Ditimbang 0,04 gram
-
Diencerkan dengan akuades hingga 10 ml
-
Dipipet masing-masing 1; 0,5; 0 ml
-
Dimasukan ke dalam tabung I,II, dan III
-
Ditambahkan akuades 0; 0,5; 1 ml
-
Ditambahkan saliva masing-masing 1 ml
-
Diinkubasi masing-masing pada suhu 37 oC pada waktu 0, 30
dan 60 menit
-
Dipipet 1 ml
-
Dimasukan ketabung
-
Ditambahkan pereaksi DNS masing-masing 1 ml
-
Dikocok
-
Dipanaskan selam 30 menit
-
Didinginkan dalam air dingin
-
Ditambahkan 8 ml akuades pada masing-masing tabung
-
Dikocok
-
Diukur absobansinya
|
Hasil ..?
|
Pati
|
E)
LARUTAN BLANKO
-
Dipipet
-
Dimasukan ke tabung reaksi
-
Ditambahkan 1 ml pereaksi DNS
-
Dipanaskan
-
Didinginkan
-
Ditambahkan 8 ml akuades
-
Dimasukan ke kuvet
-
Diukur absorbansinya
|
1 ml akuades
|
Hasil..?
|
E. HASIL
PENGAMATAN
1) TABEL
HASIL PENGAMATAN.
a) Pengaruh Suhu Terhadap
Aktivitas Enzim
Tabung
|
Pati 4%
|
Air (ml)
|
Saliva (ml)
|
Suhu inkubasi (oC)
|
Hasil
|
λ
|
1
|
0,5
|
0,5
|
1
|
4
|
Orange
|
0,17
|
2
|
0,5
|
0,5
|
1
|
37
|
Orange
|
0,02
|
3
|
0,5
|
0,5
|
1
|
80
|
Orange
|
0.016
|
b) Pengaruh Konsentrasi Substrat
Terhadap Aktivitas Enzim
Tabung
|
Pati 4% (ml)
|
Air (ml)
|
Saliva (ml)
|
Absorbansi
|
Konsentrasi
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0,250
|
0,63 mol/l
|
2
|
0,5
|
0,5
|
1
|
0,126
|
3,19 mol/l
|
3
|
0
|
1
|
1
|
0,192
|
4,87mol/l
|
c) Pengaruh Waktu Inkubasi
Terhadap Aktivitas Enzim
Tabung
|
Waktu Inkubasi
(menit)
|
Absorbansi
|
1
|
0
|
0,06
|
2
|
30
|
0,202
|
3
|
60
|
0,61
|
d) Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim
No.
|
Sampel
|
Absorbansi
|
1.
|
Tabung I (Air)
|
0,061 A
|
2.
|
Tabung II (+NaOH)
|
0,027 A
|
3.
|
Tabung III (+H2SO4)
|
-0,072 A
|
e) Tabel standar glukosa
Glukosa mg/ml
|
0
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
Absorbansi
|
0
|
0,078
|
0,134
|
0,285
|
0,294
|
0,390
|
2) KURVA
STANDAR GLUKOSA
3)
PERHITUNGAN KONSENTRASI SUBSTRAT
Dari kurva diperoleh
persamaan : y = 0,0393x + 0,0005, sehingga :
Untuk absorbansi 0,250 A,
konsentrasi amilasennya adalah :
0,250=0,0393x+0,0005
x= 0,250-0,00050,0393
x=6,34 mg/ml
∴ konsentrasi
substrat pada absorbansi 0,250 A adalah 6,34 mg/ml
Untuk absorbansi 0,126 A,
konsentrasi amilasennya adalah :
0,126=0,0393x+0,0005
x= 0,126-0,00050,393
x=3,19 mol/l
∴ konsentrasi
substrat pada absorbansi 0,126 A adalah 3,19 mol/l
Untuk absorbansi 0,192 A,
konsentrasi amilasennya adalah :
0,126=0,0393x+0,0005
x= 0,192-0,00050,393
x=4,87 mol/l
∴ konsentrasi
substrat pada absorbansi 0,126 A adalah 4,87 mol/l
F.
PEMBAHASAN
Pati merupakan jenis
polisakarida yang tersusun atas amilosa dan amilopektin. Perbedaan amilosa dna
amilopektin terletak pada ikatan OH glikosidik penyusunnya. Dalam tubuh
manusia, pemecahan karbohidrat pertama kali terjadi pada mulut, dimana pada
mulut terdapat air liur yang mengandung enzim amilase. Enzim amilase khususnya
enzim ∝ amilase
merupakan enzim yang dapat memecah pati menjadi glukosa dengan memutuskan
ikatan glikosidik penyusun pati. Glukosa hasil hidrolisis ini digunakan oleh
tubuh sebagai sumber energi utama. Enzim bersifat sebagai biokatalisator reaksi
kimia, dimana enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan energi yang tidak
sebanyak kebutuhan energi pada reaksi tanpa enzim. Kecepatan reaksi enzim ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan beberapa diantaranya yaitu pH, konsentrasi
dan suhu.
Pada percobaan ini
dilakukan pengujian aktivitas enzim amilase pada saliva terhadap pH,
suhu, konsentrasi substrat, dan waktu inkubasi yang dibuat bervariasi.
Percobaan ini diawali dengan pengenceran pati dengan menggunakan akuades,
setelah itu dicampurkan dengan sejumlah saliva lalu diinkubasi. Reaksi
enzimatis terjadi pada saat larutan diinkubasi pada suhu tertentu. Hasil
inkubasi ditambahkan sejumlah indikator DNS dan dipanaskan. Fungsi penambahan
DNS adalah untuk memberikan reaksi kompleks yang membantu dalam pengukuran
absorbansi larutan pada spektrofotometer dan berfungsi menghentikan kerja
enzim, sehingga enzim tidak memecah pati. Tujuan pemanasan adalah untuk
mengoptimalkan kerja DNS dan mempercepat reaksi dari DNS untuk menghentikan
kerja enzim. Hasil pemanasan kemudian didinginkan, dimana tujuan
pendinginan untuk menghilangkan DNS yang telah digunakan untuk menghentikan
reaksi asam sulfat. Lalu larutan diencerkan dengan sejumlah akuades yang
bertujuan untuk mengurangi intensitas warna dari indikator DNS agar diperoleh
hasil yang akurat dan diukur absorbansi larutan.
Prinsip kerja dari
pengujian aktivitas enzim ini yaitu menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja enzim untuk menguji aktivitas kerja enzim amilase saliva terhadap pati
sagu. Pengukuran ini berdasarkan pada perubahan laju reaksi yang ditunjukan
enzim amilase terhadap pH, konsentrasi, suhu dan waktu inkubasi yang dibat
bervariasi. Laju reaksi sebanding dengan konsentrasi sehingga aktivitas enzim
amilase dapat ditinjau dari konsentrasi atau kadar dari enzim setelah diberikan
perlakuan.
Uji pertama yaitu uji
pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim amilase. Seperti yang
diketahui, konsentrasi substrat dapat mempengaruhi kerja enzim, dimana hubungan
konsetrasi terhadap kerja enzim berbanding lurus. Dengan kata lain, tingginya
konsentrasi substrat akan meninggikan aktivitas enzim. Pada literatur
dijelaskan bila jumlah enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan
meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada tabel
data hasil percobaan, konsentrasi yang diperoleh dari hasil plot glukosa
standar tidak sebanding dengan banyak ml pati yang digunakan pada reaksi
enzimatis ini. Pada pati 1 ml memiliki kadar amilase yang lebih rendah
dibandingkan pada pati 0%. Dimana seharusnya kadar amilase meningkat dengan
semakin banyaknya jumlah gram substrat yang digunakan. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh kualitas pati yang tidak 100% pati dan kesalahan data ini
dapat pula disebabkan oleh kelalaian praktikan pada saat pelabelan larutan yang
akan diabsorbansi.
Selanjutnya dilakukan
pengujiaan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim. Seperti yang diketahui,
enzim tersusun atas asama amino sehingga sifat kimia dan fisiknya akan
diturunkan dari asam amino. Pada suhu rendah enzim tidak aktif sehingga tidak
dapat bereaksi dengan substrat sedangkan pada suhu tinggi enzim akan mengalami
kerusakan pada sisi aktifnya atau terdenaturasi. Pada literatur disebutkan suhu
optimum enzim yaitu 30-40oC dan akan mengalami denaturasi diatas suhu 60oC. Berdasarkan hal
tersebut, maka seharusnya hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah
absorbansi dan konsentrasi amilase pada suhu 37oC akan lebih besar
bila dibandingkan dengan absorbansi dan konsentrasi amilase pada suhu 4 dan
80 oC. Namun, pada tabel hubungan suhu terhadap kadar, pada
suhu 4oC lah kerja enzim meningkat yang ditandai dengan
tingginya kadar amilase yang diperoleh dan kerja enzim menurun seiring
bertambahnya suhu hingga mencapai suhu 80oC. Pada suhu 80oC, enzim akan
mengalami kerusakan struktur sekunder, tersier dan kuarter pada area sisi
aktifnya sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat dan frekuensi tumbukan
antar partikel berkurang oleh kerusakan enzim ini sehingga menurunkan laju
reaksi enzim.
Pada data hasil pengujian
pengaruh pH terhadap aktivitas enzim terlihat yaitu pada sampel yang
ditambahkan sejumlah air memiliki absorbansi yang lebih tinggi dibandingkan
absorbansi yang dihasilkan dari penambahan NaOH dan H2SO4. Hasil ini telah
sesuai dengan teori. Enzim akan optimum kerjanya apabila berada pada suhu netral.
Air merupakan senyawa dengan pH netral yaitu kurang lebih pH=7, sedangkan NaOH
dan H2SO4 merupakan senyawa basa dan asam. Menurut
arrhenius, dikatakan asam apabila dilarutkan dalam air akan mneghasilkan H+
sedangkan dikatakan basa apabila dilarutkan dalam air menghasilkan OH-. Pada
suasana asam atau basa, aktivitas enzim akan menurun yang disebabkan oleh
rusaknya sisi aktif enzim pengaruh ion H+ atau OH- dari senyawa
asam dan basa. Ion-ion ini yang mempengaruhi gugus alkil dari asam amino
penyusun enzim. Seperti yang diketahui, asam amino tersusun atas gugus amino,
gugus alkil, gugus karboksil dan atom H. Berdasarkan gugus alkilnya (R) asam
amino diklasifikasikan menjadi beberapa jenis dan salah satunya yaitu asam dan
basa. Maka ketika asam atau basa ditambahkan pada larutan yang mengandung asam
amino maka gugus alkil (R) asam amino yang bersifat asam-basa akan meberikatan
dengan H – OH dari asam basa yang ditambahkan. Tentu saja gugus alkil (R) asam
amino yang bersifat asam akan berikatan dengan OH- yang diperoleh
dari basa yang ditambahkan, begitu pula dengan ketika bagian alkil asam amino
yang bersifat basa bertemu dengan H+ dari asam yang ditambahkan. ikatan yang dibentuk
inilah yang merubah sisi aktif dari enzim sehingga frekuensi tumbukan partikel berkurang
yang menyebabkan laju reaksi enzim lemah atau rendah.
Uji terakhir yaitu
pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas amilase. Enzim mulai bekerja pada
saat diinkubasi. Semakin lama waktu inkubasi semakin efektif kerja dari enzim,
namun tidak selamanya semakin lama waktu inkubasi dapat meningkatkan kerja
enzim. Enzim akan berhenti bekerja apabila telah mencapai masa jenuhnya. Masa
jenuh ini terjadi apabila enzim telah berikatan dengan substrat. pada tabel
hasil percobaan waktu terhadap kadar menunjukan dari waktu 0 menit sampai 60
menit terjadi peningkatan kerja enzim. Pada waktu 0 menit, tumbukan partikel
baru dimulai sehingga frekuensi tumbukan masih berkurang namun seiiring
bertambahnya waktu tumbukan akan semakin kuat karena adanya gerakan zigzag atau
dalam istilah koloid gerak brown yang terjadi pada partikel. Gsemakin besar
frekuensi tumbukan yang terjadi memperbesar laju reaksi enzim.
G.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
percobaan dapat disimpulkan bahwa aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH, suhu,
waktu inkubasi dan konsentrasi substrat. Untuk menguji aktivitas enzim dapat
dilakukan dengan menggunakan pereaksi DNS.
DAFTAR PUSTAKA
Almeida. P.D.V.D., Gregio.
AMT., Macahado. M.A.N., Soares de lima. A.A., Luciana.R.A. 2008. Saliva
Compesition and Function : A comprehensive Review. Journal of
Comtemporary Dental Practice. Vol.9. No.3.
Anonim, 2011, Enzim, http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/2200855-jenis-jenis-enzim/#ixzz1gXpopTUI,
diakses pada tanggal 29 November 2012.
Murray, R.K., Daryl K.G.,
Victor W.R., 2009, Biokimia Harper Edisi 27,
EGC, Jakarta.
Poedjadi, A., F.M
Titin.S., 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press.
Jakarta.
Rahmansyah. M., I Made. S.
2003. Optimasi Analisis Amilase dan Glukanase Yang Diekstrak Dari Miselium
Pleutotus ostrerotus Dengan Asam 3,5 Dinitrosalisilat. Jurnal
Penelitian. Vol.9. No.7.
Salisbury, F.B., dan C.W.
Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB
Press, Bandung.
Sukandar.U., Achmad. AS.,
Lindawati., Yadi.T. 2011. Sakarifikasi Pati Ubi Kayu Menggunakan Amilase
Aspergilus Niger ITB CCL74. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. Vol.
10 No. 1.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Rabun ayam (nyctalopia)
atau lebih dikenal dengan rabun senja adalah sebuah penyakit mata yang
disebabkan oleh kerusakan sel retina yang semestinya bekerja saat melihat benda
pada lingkungan minim cahaya, yang menyebabkan penderitanya
kesulitan melihat jika kekurangan sumber cahaya. Rabun ayam ini bisa menjadi
suatu hal yang paling buruk dalam kehidupan manusia, selain kekurangan daya
penglihatan pada suasana gelap, hal ini juga dapat mengurangi kualitas hidup
penderitanya. Karena pada hakikatnya manusia harus tetap melakukan aktivitas
walaupun pada malam hari. Banyak hal yang dapat menyebabkan kerusakan sel
tersebut, tetapi yang paling sering akibat dari kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A disebabkan
oleh rendahnya asupan buah dan sayuran yang mengandung beta-karoten, seperti
wortel, mangga, bayam, ubi jalar, yang diubah tubuh menjadi vitamin A. Selain
itu, vitamin A juga dapat ditemukan pada hewan seperti pada daging ayam, ginjal domba, daging bebek, hati ayam,
hati sapi, ikan, dan telur. Kekurangan vitamin A ini, dapat di cegah dengan
mengonsumsi vitamin A, namun mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A
dengan waktu yang tidak kostan saja tidak cukup, karena pada tumbuhan dan juga
sumber vitamin A yang lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh. Sehingga
dianjurkan untuk mengonsumsi sumber-sumber vitamin A secara sering, agar dapat
menyeimbangi kebutuhan tubuh.
Wortel merupakan salah
satu buah yang banyak digunakan sebagai sumber vitamin A. Kandungan beta
karoten yang dapat diubah menjadi vitamin A pada wortel ini dapat mencegah
kekurangan asupan vitamin A pada mata. Selain wortel, sayuran hijau juga banyak
digunakan sebagai sumber vitamin. sayur- sayuran yang digunakan sebagai sumber
vitamin ini telah banyak diketahui, namun tidak banyak yang mengetahui bahwa
kelor atau yang dikenal dengan nama latin Moringa oleifera juga dapat dimasukan
sebagai sumber vitamin A yang bagus untuk kesehatan mata. Tumbuhan ini banyak
tumbuh liar pada daerah-daerah dengan intensitas curah hujan sedang atau
tropis. Pengetahuan masyarakat mengenai manfaat kelor terbatas pada fosfor nya
saja.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah
pada makalah ini yaitu :
Bagaimana susunan
klasifikasi dan morfologi tumbuhan kelor & wortel?
Apa saja Kandungan kimia
dalam kelor& wortel serta kandungan yang sama pada masing-masing tumbuhan?
Apa penyakit rabun senja
itu?
Apa penyebab rabun senja ?
Bagaimana vitamin A
mengobati rabun senja?
Bagaimana mengelola wortel
dan kelor secara tradisional untuk konsumsi vitamin A sehari-hari?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin
dicapai, yaitu :
Dapat menjelaskan susunan
klasifikasi dan morfologi kelor & wortel
Dapat menjabarkan
kandungan kimia dalam wortel & kelor, serta kesamaan kandungan pada ketiga
tumbuhan.
Dapat menjelaskan penyakit
rabun senja.
Dapat menjelaskan penyebab
rabun senja
Dapat menjelaskan proses
vitamin A dalam mengobati rabun senja.
Dapat memberikan cara
pengolahan wortel dan kelor secara tradisional untuk konsumsi vitamin A
sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SUSUNAN
KLASIFIKASI & MORFOLOGI
Wortel
Daucus carota L.
Daucus carota L.
Asal :
Wortel atau Carrot (Daucus
carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar
negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman wortel
berasal dari Timur Dekat dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar
sekitar 6.500 tahun yang lalu.
Ekologi :
Wortel umumnya ditanam di
dataran tinggi pada ketinggian antara 1000-1200 meter di atas permukaan laut
(mdpl). Meskipun demikian wortel dapat pula ditanam di dataran medium yang
ketinggiannya lebih dari 500 mdpl, namun produksidan kualitasnya kurang
memuaskan. Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh yang suhu udaranya
dingin dan lembab. Untuk pertumbuhan dan produksi umbi yang optimal membutuhkan
suhu udara antara 15,6° – 21,1°C. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada keasaman
tanah (pH) antara 5,5-6,5 untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8.
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Daucus
Spesies: Daucus carota L.
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Daucus
Spesies: Daucus carota L.
Morfologi :
1)
Daun
Daun wortel bersifat
majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak-anak daun berbentuk lanset
(garis-garis). Setiap tanaman memiliki 5-7 tangkai daun yang berukuran agak
panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan yang halus, sedangkan
helaian daun lemas dan tipis.
2)
Batang.
Batang tanaman wortel
sangat pendek sehingga hampir tidak nampak, batang bulat, tidakberkayu, agak
keras, dan berdiameter kecil (sekitar 1-1,5 cm). Pada umumnya batang berwarna
hijau tua. Batang tanaman tidak bercabang, namun ditumbuhi oleh tangkaidaun yang
berukuran panjang, sehingga kelihatan seperti bercabang.
3)
Akar.
Tanaman wortel memiliki
sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam pertumbuhannya akar tunggang akan
mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan.
Bentuk akar akan berubah menjadi besar dan bulat memanjang, hingga mencapai
diameter 6 cm dan panjang sampai 30 cm, tergantung varietasnya. Akar tunggang
yang telah berubah bentuk dan fungsi inilah yang sering disebut atau dikenal
sebagai “Umbi Wortel”.
4)
Bunga.
Bunga tanaman wortel
tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk payung berganda, dan berwarna putih atau
merah jambu agak pucat. Bunga memiliki tangkai yang pendek dan tebal.
Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang yang sama. Bunga wortel yang telah
mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji yang berukuran kecil
dan berbulu.
5)
Umbi.
Wortel merupakan tanaman
sayuran umbi semusim, berbentuk semak yang dapat tumbuh sepanjang tahun, baik
pada musim hujan maupun kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang
fungsinya berubah menjadi bulat dan memanjang. Warna umbi kuning
kemerah-merahan, mempunyai karoten A yang sangat tinggi, Umbi wortel juga
mengandung vitamin B, Vitamin c dan mineral.
Pada awalnya hanya dikenal
beberapa varietas wortel, namun dengan berkembangnya peradaban manusia dan
teknologi, saat ini telah ditemukan varietas-varietas baru yang lebih unggul
daripada generasi-generasi sebelumnya. Varietas-varietas wortel terbagi menjadi
tiga kelompok yang didasarkan pada bentuk umbi, yaitu tipe Imperator,
Chantenay, dan Nantes.
Tipe Imperator memiliki
umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing (menyerupai kerucut), panjang
umbi 20-30 cm, dan rasa yang kurang manis sehingga kurang disukai oleh
konsumen.
Tipe Chantenay memiliki
umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul, panjang antara 15-20 cm, dan
rasa yang manis sehingga disukai oleh konsumen.
Tipe Nantes memiliki umbi
berbentuk peralihan antara tipe Imperator dan tipe Chantenay, yaitu bulat
pendek dengan ukuran panjang 5-6 cm atau berbentuk bulat agak panjang dengan
ukuran panjang 10-15 cm.
Dari ketiga kelompok
tersebut, varietas yang termasuk ke dalam kelompok chantenay yang dapat
memberikan hasil (produksi) paling baik, sehingga paling banyak dikembangkan.
Kandungan Zat Aktif :
Tabel Nilai Kandungan gizi
Wortel per 100 g
Kandungan zat gizi
|
Jumlah
|
Energi
|
41 kkal
|
Karbohidrat
|
9 gr
|
Gula
|
5 gr
|
Niacin (Vit. B3)
|
1,2 mg (8%)
|
Vitamin B6
|
0,1 mg (8%)
|
Folat (Vit. B9)
|
19 mg (5%)
|
Diet serat
|
3 g
|
Lemak
|
0,2 g
|
Vitamin C
|
7 mg (12%)
|
Kalsium
|
33 mg (3%)
|
Protein
|
1 g
|
Vitamin A
|
835 mg (93%)
|
Besi
|
0,66 mg (5%)
|
Magnesium
|
18 mg (5%)
|
Beta-karoten
|
8285 mg (77%)
|
Fosfor
|
35 mg (5%)
|
Thiamine (Vit. B1)
|
0,04 mg (3%)
|
Kalium
|
240 mg (5%)
|
Riboflavin (Vit. B2)
|
0,05 mg (3%)
|
Sodium
|
2,4 mg (0%)
|
Kelor
Moringa oleifera Lam
Moringa oleifera Lam
Klasifikasi
:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
Morfologi
:
1) Akar (radix)
Akar tunggang, berwarna
putih. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna kuning
pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak keras, bentuk tidak
beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian
kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah. Akar
tunggang berwarna putih, membesar seperti lobak.
Biji yang ditanam akan
mengembang menjadi bonggol, membengkak, akar tunggang berwarna putih dan
memiliki bau tajam yang khas. Pohon tumbuh dari biji akan memiliki perakaran
yang dalam, membentuk akar tunggang yang lebar dan serabut yang tebal. Akar
tunggang tidak terbentuk pada pohon yang diperbanyak dengan stek.
2) Batang (caulis)
Kelor termasuk jenis
tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 – 12 meter. Merupakan
tumbuhan yang berbatang dan termasuk jenis batang berkayu, sehingga batangnya
keras dan kuat. Bentuknya sendiri adalah bulat (teres) dan
permukaannya kasar.Arah tumbuhnya lurus ke atas atau biasa yang disebut dengan
tegak lurus (erectus). Percabangan pada batangnya merupakan cara
percabangan simpodial dimana batang pokok sukar ditentukan, karena dalam
perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah
besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan cabangnya. Arah
percabangannya tegak (fastigiatus) karena sudut antara batang
dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja
sedikit lebih serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya.
3) Daun (folium)
Daun majemuk, bertangkai
panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus),
helai daun saat muda berwarna hijau muda – setelah dewasa hijau tua, bentuk
helai daun bulat telur, panjang 1 – 2 cm, lebar 1 – 2 cm, tipis lemas, ujung
dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip
(pinnate), permukaan atas dan bawah halus.
Merupakan jenis daun
bertangkai karena hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja. Tangkai daun
berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih, menebal pada pangkalnya dan
permukaannya halus. Bangun daunnya berbentuk bulat atau bundar (orbicularis),
pangkal daunnya tidak bertoreh dan termasuk ke dalam bentuk bangun bulat telur.
Ujung dan pangkal daunnya membulat (rotundatus) diamana
ujungnya tumpul dan tidak membentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun
merupakan semacam suatu busur.
Susunan tulang daunnya
menyirip (penninervis), dimana daun kelor mempunyai satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Selain
itu, dari ibu tulang itu ke arah samping keluar tulang–tulang cabang, sehingga
susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip – sirip pada ikan. Kelor
mempunyai tepi daun yang rata (integer) dan helaian daunnya
tipis dan lunak. Berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaannya licin(laevis) dan
berselaput lilin (pruinosus). Merupakan daun majemuk
menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna.
4) Bunga
Bunga muncul di ketiak
daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar
aroma khas. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan terkumpul dalam
pucuk lembaga di bagian ketiak dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Malai
terkulai 10 – 15 cm, memiliki 5 kelopak yang mengelilingi 5 benang sari dan 5
staminodia. Bunga Kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak.
5) Buah atau
Polong
Kelor berbuah setelah
berumur 12 – 18 bulan. Buah atau polong Kelor berbentuk segi tiga memanjang
yang disebut klentang (Jawa) dengan panjang 20 – 60 cm, ketika muda berwarna
hijau – setelah tua menjadi cokelat, biji didalam polong berbentuk bulat,
ketika muda berwarna hijau terang dan berubah berwarna coklat kehitaman ketika
polong matang dan kering. Ketika kering polong membuka menjadi 3
bagian. Dalam setiap polong rata-rata berisi antara 12 dan 35 biji.
6) Biji
Biji berbentuk bulat
dengan lambung semi-permeabel berwarna kecoklatan. Lambung sendiri
memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari atas ke bawah. Setiap pohon
dapat menghasilkan antara 15.000 dan 25.000 biji/tahun. Berat rata-rata
per biji adalah 0,3 g.
Ekologi
:
Kelor
(Moringa oleifera) merupakan salah satu tumbuhan yang umumnya dapat
hidup dengan baik di daerah tropis dengan kadar ph yang rendah dimana memiliki
suasan asam yaitu ph kurang dari 3. Tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl.
Kandungan
Zat Aktif :
Daun
Kelor Segar
Sejumlah
hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai kandungan asam amino dan vitamin yang lengkap serta
kandungan mineral yang tinggi. Kandungan gizi daun kelor segar
(lalapan), setara dengan; 4x vitamin A yang dikandung
wortel, 7x vitamin C yang terkandung pada jeruk, 4x mineral Calsium
dari susu, 3x mineral Potassium pada pisang, 3/4x zat besi pada bayam, dan 2x
protein dari yogurt.
Daun
Kelor Kering
Apabila
daun kelor dikeringkan (di dalam ruangan) dan ditumbuk, maka nutrisinya dapat
meningkat berkali-kali lipat, kecuali kandungan vitamin C-nya. Adapun
perbandingan kandungan gizi daun kelor segar dengan yang dikeringkan adalah
sebagai berikut :
A. Vitamin
Vitamin
A (Alpha & Beta-carotene), B, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K, folat
(asam folat), Biotin.
B. Mineral
Kalsium,
Kromium, Tembaga, Fluorin, Besi, Mangan, Magnesium, Molybdenum, Fosfor, Kalium,
Sodium, Selenium, Sulphur, Zinc.
C. Asam Amino Esensial
Isoleusin,
Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptofan, Valin.
D. Asam Amino Non-Esensial
Alanin,
Arginine, asam aspartat, sistin, Glutamin, Glycine, Histidine, Proline, Serine,
Tyrosine.
E. Anti-inflammatory
Vitamin
A, Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin C, Vitamin E, Arginine, Beta-sitosterol,
Caffeoylquinic Acid, Calcium, Chlorophyll, Copper, Cystine, Omega 3, Omega
6, Omega 9, Fiber, Glutathione, Histidine, Indole Acetic Acid,
Indoleacetonitrile, Isoleucine, Kaempferal, Leucine, Magnesium, Oleic-Acid,
Phenylalanine, Potassium, Quercetin, Rutin, Selenium, Stigmasterol, Sulfur,
Tryptophan, Tyrosine, Zeatin, Zinc.
Baik pada wortel dan juga
kelor, sama-sama memiliki ; vitamin A, B1, B2, B3, C, kalsium, magnesium dan fosfor. Namun pada makalah
ini yang dititik beratkan pada kandungan vitamin A pada kedua jenis tumbuhan
ini.
1. Pengertian
Rabun senja (nyctalopia)
adalah gangguan penglihatan kala senja atau malam hari, atau pada keadaan
cahaya remang-remang.
2. Penyebab
Rabun senja
terjadi karena kerusakan sel retina yang semestinya bekerja saat melihat benda
padalingkungan minim cahaya. Banyak hal yang dapat menyebabkan
kerusakan sel tersebut, tetapi yang paling sering akibat dari kekurangan
vitamin A.
3. Terjadinya Rabun Senja
Pada mata normal terdapat
pigmen yang dikenal bernama rodopsinatau visual puple. Pigmen tersebut mengandung
vitamin A yang terikat pada protein. Jika mata menerima cahaya, maka akan
terjadi konversi rodopsin menjadi visual yellow dan kemudian visual white. Pada konversi tersebut, dibutuhkan vitamin A.
Sementara regenerasi visual purple hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa regenerasi, maka
penglihatan pada cahaya remang setelah mata menerima cahaya akan terganggu.
Jika terjadi kekurangan vitamin A, maka gejala awal adalah terjadinya rabun
senja. Artinya, mata akan mengalami gangguan ketika berpindah dari tempat
banyak cahaya ke tempat gelap.
Itulah yang membuat rabun senja hanya terjadi ketika matahari
mulai terbenam. Sesuai dengan namanya, penyakit ini tidak bisa dikoreksi dengan
kacamata dan terjadi jika sel-sel saraf pembeda terang-gelap di retina mata
terganggu.
4. Penyembuhan .
Untuk pencegahan dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A setiap harinya. Untuk
pengobatan, dapat disembuhkan dengan pemberian vitamin A, namun untuk
rabun senja dengan defisiensi yang lebih sulit untuk diobati. Untuk defisiensi
yang lebih diberikan vitamin A secara injeksi sebanyak 100.000 unit untuk satu
kali pemberian.
Vitamin A pada makanan awalnya
berada dalam bentuk retinol ester dan sebelum diserap dalam
pencernaan diubah menjadi retinol. Dari mukosa sel retinol tersebut diesterfikasi[1] kembali, kemudian diangkut oleh khilomikron,[2] dibawa ke hati untuk disimpan.
Bentuk aktif vitamin A sebagian berupa asam retinoat yang
akan berperan dalam ekspresi gen. Di retina mata, retinol ini diubah menjadi 11 cis retinal-dehida yang mampu berkonyugasi dengan
opsin membentukrhodopsin yang berperan dalam proses
penglihatan. Maka, mata memang sangat membutuhkan kehadiran vitamin A.
Kelor :Tiga tangkai daun kelor
ditumbuk halus, seduh dengan 1 cangkir air masak dan disaring, campurkan dengan
madu dan aduk sampai merata, minum sebelum tidur. Selain itu kelor pula dapat
di makan sebagai lalapan dan juga dijadikan sayur mayur pendamping nasi.
Wortel : dapat dimakan langsung atau di
jus, kandungan vitamin nya tetap. Selain itu dapat diolah menjadi sayur.
D. PENYEBAB KANDUNGAN KELOR DAN WORTEL SAMA :
Bila ditilik kembali kesamaan kandungan kimia dari kedua tumbuhan
ini yaitu terletak pada kandungan vitamin nya. Penyebab terdapat kesamaan zat
aktif (vitamin A) pada wortel dan kelor, yaitu karena metabolik primer
tumbuhan. Metabolik primer adalah unsur esensial yang digunakan untuk
pertumbuhan. Metabolik primer menghasilkan produk anabolik dan produk
katabolik. Vitamin merupakan produk anabolik. Metaabolik primer terdapat
disemua tumbuhan sebagai kandungan dasar yang bila tidak ada dapat menyebabkan
kematian pada tumbuhan. Berhubung dengan hal ini, vitamin A yang terdapat pada
kelor dan wortel merupakan contoh dari metabolik primer yang terdapat pada
tumbuhan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat
diambil :
1. Pada susunan taksonomi, kelor dan wortel berada pada divisi, super
divisi dan kelas yang sama, yaitu untuk divisi magnoliophyta (tumbuhan
berbunga), super divisi spermatophyta (menghasilkan biji), dan kelas
magnoliopsida (berkeping dua).
2. Kesamaan morfologi wortel dna juga kelor yaitu terletak pada daun,
dimana sama-sama berdaun majemuk, dan tulang daun menyirip.
3. Rabun senja yaitu penyakit ketidak mampuan mata untuk melihat pada
saat cahaya minim.
4. Rabun senja di sebabkan oleh banyak faktor tetapi yang paling
sering terjadi karena kekurangan vitamin A.
5. Wortel dapat dibikin dalam bentuk jus atau dijadikan sebagai
lalapan, sedangkan kelor dapat diserbuk dan diseduh layaknya teh
Firdaus, Ahlul. 2011. http://world-of-green-plants.blogspot.com/2011/08/kelor-pucuk-sampai-akar-manjur.html
Keliat, S. D. 2008. Analisis Sistem Pemasaran Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Manalu, H. 2007. Analisis Finansial Usaha Tani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pohan, R. A. 2008. Analisis Usaha Tani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Rini, D. K. 2010. Respon Penawaran Wortel (Daucus carota) Di Kabupaten Boyolali. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Simbolon JM, Sitorus M, Katharina N. 2008. Cegah Malnutrisi dengan
Kelor. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
A. Vitamin
Vitamin
A (Alpha & Beta-carotene), B, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K, folat
(asam folat), Biotin.
B. Mineral
Kalsium,
Kromium, Tembaga, Fluorin, Besi, Mangan, Magnesium, Molybdenum, Fosfor, Kalium,
Sodium, Selenium, Sulphur, Zinc.
C. Asam Amino Esensial
Isoleusin,
Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptofan, Valin.
D. Asam Amino Non-Esensial
Alanin,
Arginine, asam aspartat, sistin, Glutamin, Glycine, Histidine, Proline, Serine,
Tyrosine.
E. Anti-inflammatory
Vitamin
A, Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin C, Vitamin E, Arginine, Beta-sitosterol,
Caffeoylquinic Acid, Calcium, Chlorophyll, Copper, Cystine, Omega 3, Omega
6, Omega 9, Fiber, Glutathione, Histidine, Indole Acetic Acid,
Indoleacetonitrile, Isoleucine, Kaempferal, Leucine, Magnesium, Oleic-Acid,
Phenylalanine, Potassium, Quercetin, Rutin, Selenium, Stigmasterol, Sulfur,
Tryptophan, Tyrosine, Zeatin, Zinc.
Kesamaan Zat Aktif :
Baik pada wortel dan juga
kelor, sama-sama memiliki ; vitamin A, B1,
B2, B3, C, kalsium, magnesium dan fosfor. Namun pada makalah ini yang dititik
beratkan pada kandungan vitamin A pada kedua jenis tumbuhan ini.
A. RABUN SENJA.
1. Pengertian
Rabun senja (nyctalopia)
adalah gangguan penglihatan kala senja atau malam hari, atau pada keadaan
cahaya remang-remang.
2. Penyebab
Rabun senja terjadi
karena kerusakan sel retina yang semestinya bekerja saat melihat benda padalingkungan minim cahaya. Banyak hal yang dapat menyebabkan
kerusakan sel tersebut, tetapi yang paling sering akibat dari kekurangan
vitamin A.
3. Terjadinya Rabun Senja
Pada mata normal terdapat
pigmen yang dikenal bernama rodopsinatau visual puple. Pigmen tersebut mengandung vitamin A yang terikat pada protein.
Jika mata menerima cahaya, maka akan terjadi konversi rodopsin menjadi visual yellow dan kemudian visual white. Pada konversi tersebut,
dibutuhkan vitamin A.
Sementara regenerasi visual purple hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa regenerasi, maka
penglihatan pada cahaya remang setelah mata menerima cahaya akan terganggu.
Jika terjadi kekurangan vitamin A, maka gejala awal adalah terjadinya rabun
senja. Artinya, mata akan mengalami gangguan ketika berpindah dari tempat banyak
cahaya ke tempat gelap.
Itulah
yang membuat rabun senja hanya terjadi ketika matahari mulai terbenam. Sesuai
dengan namanya, penyakit ini tidak bisa dikoreksi dengan kacamata dan terjadi
jika sel-sel saraf pembeda terang-gelap di retina mata terganggu.
4. Penyembuhan .
Untuk pencegahan dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A setiap harinya. Untuk
pengobatan, dapat disembuhkan dengan pemberian vitamin A, namun untuk
rabun senja dengan defisiensi yang lebih sulit untuk diobati. Untuk defisiensi
yang lebih diberikan vitamin A secara injeksi sebanyak 100.000 unit untuk satu
kali pemberian.
B. BAGAIMANA VITAMIN A MENGOBATI PENYAKIT RABUN AYAM.
Vitamin A pada makanan awalnya
berada dalam bentuk retinol ester dan sebelum diserap dalam
pencernaan diubah menjadi retinol. Dari mukosa sel retinol tersebut diesterfikasi[1] kembali, kemudian diangkut oleh khilomikron,[2] dibawa ke hati untuk disimpan.
Bentuk aktif vitamin A sebagian berupa asam retinoat yang
akan berperan dalam ekspresi gen. Di retina mata, retinol ini diubah menjadi 11 cis retinal-dehida yang mampu berkonyugasi dengan
opsin membentukrhodopsin yang berperan dalam proses
penglihatan. Maka, mata memang sangat membutuhkan kehadiran vitamin A.
C. PENGOLAHAN WORTEL & KELOR TRADISIONAL UNTUK MENGOBATI RABUN
SENJA.
Kelor
:Tiga
tangkai daun kelor ditumbuk halus, seduh dengan 1 cangkir air masak dan
disaring, campurkan dengan madu dan aduk sampai merata, minum sebelum tidur.
Selain itu kelor pula dapat di makan sebagai lalapan dan juga dijadikan sayur
mayur pendamping nasi.
Wortel
: dapat dimakan langsung atau di
jus, kandungan vitamin nya tetap. Selain itu dapat diolah menjadi sayur.
D. PENYEBAB KANDUNGAN KELOR DAN WORTEL SAMA :
Bila
ditilik kembali kesamaan kandungan kimia dari kedua tumbuhan ini yaitu terletak
pada kandungan vitamin nya. Penyebab terdapat kesamaan zat aktif (vitamin A)
pada wortel dan kelor, yaitu karena metabolik primer tumbuhan. Metabolik primer
adalah unsur esensial yang digunakan untuk pertumbuhan. Metabolik primer
menghasilkan produk anabolik dan produk katabolik. Vitamin merupakan produk anabolik.
Metaabolik primer terdapat disemua tumbuhan sebagai kandungan dasar yang bila
tidak ada dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan. Berhubung dengan hal ini,
vitamin A yang terdapat pada kelor dan wortel merupakan contoh dari metabolik
primer yang terdapat pada tumbuhan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat
diambil :
1. Pada
susunan taksonomi, kelor dan wortel berada pada divisi, super divisi dan kelas
yang sama, yaitu untuk divisi magnoliophyta (tumbuhan berbunga), super divisi
spermatophyta (menghasilkan biji), dan kelas magnoliopsida (berkeping dua).
2. Kesamaan
morfologi wortel dna juga kelor yaitu terletak pada daun, dimana sama-sama
berdaun majemuk, dan tulang daun menyirip.
3. Rabun
senja yaitu penyakit ketidak mampuan mata untuk melihat pada saat cahaya minim.
4. Rabun
senja di sebabkan oleh banyak faktor tetapi yang paling sering terjadi karena
kekurangan vitamin A.
5. Wortel
dapat dibikin dalam bentuk jus atau dijadikan sebagai lalapan, sedangkan kelor
dapat diserbuk dan diseduh layaknya teh
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus,
Ahlul. 2011. http://world-of-green-plants.blogspot.com/2011/08/kelor-pucuk-sampai-akar-manjur.html
Keliat,
S. D. 2008. Analisis Sistem Pemasaran Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Manalu,
H. 2007. Analisis Finansial Usaha Tani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pohan,
R. A. 2008. Analisis Usaha Tani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Rini,
D. K. 2010. Respon Penawaran Wortel (Daucus carota) Di Kabupaten Boyolali. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Simbolon
JM, Sitorus M, Katharina N. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
[2] kilomikron adalah suatu zat yang memiliki fungsi
membawa energi dalam bentuk lemak ke otot.
FARMAKOLOGI
|
FARMASI
UNHALU 2012
|
|
KEDUDUKAN FARMAKOLOGI DIATARA ILMU
FARMASI DAN KEDOKTERAN
Farmakologi dalam istilah
luas merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat, yaitu bagaimana pengaruh
senyawa obat terhadap sel hidup khususnya reseptor. Dalam ilmu farmakologi
dikenal farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakoodinamik lebih ke bagaimana
obat terhadap tubuh, sedangkan farmakokinetik bagaimana tubuh terhadap obat.
Dari kedua pembagian studi farmakologi ini, dibutuhkan pengetahuan mengenai
fisiologi tubuh, biokimia, patogenensis penyakit yang diperoleh dari studi
kedokteran, selain itu juga diperlukan pengetahuan mengenai obat meliputi cara
membuat, memformulasikan, menyimpan dan menyediakan obat yang dibahas dalam
studi farmasi.
Farmakologi juga
berpengaruh penting pada studi kedokteran dan farmasi, dimana tanpa pengetahuan
farmakologi, seorang dokter hanya akan membahayakan pasiennya, dimana hanya
dengan penggunaan sesuai dosislah obat dapat bersifat memberi efek terapeutik,
dan dengan pengetahuan efek samping pada farmakologi seorang dokter dapat
mengenal tanda dan gejala yang disebabkan obat. Sedangkan dalam studi farmasi,
ilmu farmakologi digunakan untuk mengenali tanaman dan bahan-bahan lain yang
berpotensi menjadi obat bila digunakan ketika hendak menemukan obat-obat baru.
Dimana pada tanaman yang mengandung suatu zat kimia akan dikaji kesesuainya
pada reseptor-reseptor tubuh pada suatu penyakit, apakah dapat menyembuhkan
atau memberikan efek toksik.
PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UU
Menurut Undang-Undang,
obat digolongkan menjadi ;
Obat bebas
Obat bebas terbatas
Obat keras
Psikotropika
Narkotika
Obat wajib apotek
-
OBAT BEBAS
Perngertian :
Obat yang dapat dibeli
tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi
bulatan berwarna hijau. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama
obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping
,nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara
penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas terbatas.
Contoh :
Paracetamol, Aspirin,
Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate (CTM),
Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat, Librozym (penyebutan
merk dagang, karena obat tersebut dalam kombinasi)
-
OBAT BEBAS TERBATAS
Pengertian :
Obat keras yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen atau pabrik
obat itu, kemudian diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi
hitam serta diberi tanda peringatan.
Tanda Peringatan Pada Obat
Bebas Terbatas :
P. NO.1 Awas !
Obat Keras Bacalah aturan memakainya.Contoh :
a)
Tablet
CTM
: Anti Histamin
b)
Kapsul Vitamin E
: Anti Sterilitas
c)
Tablet
Antimo
: Anti muntah dalam
perjalanan
d)
Tablet Emetinum
: Anti disentri
e)
Tablet
Santonim
: Obat cacing
P. NO. 2 Awas !
Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh :
a)
Gargarisma
kan
: obat kumur
b)
Listerin
: obat kumur
c)
Oral –
B
: obat kumur
d)
Betadin gargle
: obat kumur
e)
Abotil
: obat sariawan
P. NO. 3 Awas !
Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh :
a)
Salep Sulfonamidum
: Anti bakteri
lokal
b)
Liquor Burowi
: Obat kompres
c)
Tinctura
Iodii
: Antiseptik
d)
Larutan Mercurochrom
: Antiseptik Lokal
e)
Alphadine
: Untuk antiseptic
dan disinvektan
f)
Biosepton
: Untuk kompres luka
terbuka dari ringan sampai berat, mencegah infeksi, dan menyembuhkan luka
khitan, cairan pencuci pada inveksi trichomonasiasi dan infeksi lain pada
vagina
g)
Spitaderm
: Untuk disinfeksi, hygiene,
dan pembedahan pada tangan dan kulit sebelum operasi, sebelum injeksi dan
faksinasi, sebelum pengambilan darah, dan ketika mengganti pembalut.
P. NO.
4 Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar. Contoh :
a)
Molexdine
: Untuk sterilisasi
kulit dan selaput lender antiseptic sebelum dan sesudah
oprasi infeksi kulit oleh jamur virus, protozoa, luka bakar, khitanan,
perawatan tali pusar dan kompres luka
b)
Neoidoine
:
Untuk luka bakar, luka bernanah, antiseptic pra dan pasca bedah, infeksii kulit
karena jamur, kandidiasis, moniliasis, dan vaginitis.
c)
Rokok Asthma
: obat asthma
d)
Decoderm
: Unuk eksim,
dermatitis, alergi kontak gigitan serangga, luka bakar karena sinar matahari,
psoriasis vulgaris.
e)
P. NO. 5 Awas
! Obat Keras Tidak boleh ditelan. Contoh :
a)
Bufacetin
: Untuk infeksi
kulit yang disebapkan bakteri gram positif dan negative khususnya yang
sensitive terhadap kloramfenikol.
b)
AZA
: Untuk pengobatan
aknevulgaris ringan sampai dengan sedang
c)
Lysol
: Antiseptik
d)
Ovula Sulfanilamidun
: Anti infeksi di
vagina
e)
Suppositoria dulcolax
: laksan
P. NO.
6 Awas ! Obat Keras obat wasir ,jangan ditelan. Contoh :
a)
Laxarec
: Untuk mengatasi
kesulitan buang air besar
b)
Ambeven
: Untuk pengobatan
wasir interna dan eksterna dengan gejala nyeri, bengkak, dan pendarahan
c)
Tefaron
d)
Tramal suppositoria
e)
Encare
f)
Proris
g)
Glycerini leciva
-
OBAT KERAS
Pengertian :
Semua obat yang :
Memiliki takaran/dosis
maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan
pemerintah
Diberi tanda khusus
lingkaran bulat warna merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang
menyentuk garis tepinya.
Semua obat baru, kecuali
dinyatakan oleh pemerintah (DepKes RI) tidak membahayakan
Semua sediaan
parenteral/injeksi/infus intravena.
Contoh :
Loratadine, Pseudoefedrin,
Bromhexin HCL, Alprazolam, Clobazam, Chlordiazepokside, Amitriptyline, Lorazepam,
Nitrazepam, Midazolam, Estrazolam, Fluoxetine, Sertraline HCL, Carbamazepin,
Haloperidol, phenytoin, Levodopa, Benzeraside, Ibuprofen, Ketoprofen dll.
-
OBAT PSIKOTROPIKA
Pengertian :
Merupakan obat yang
mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah
pikiran/perasaan/kelakuan seseorang. Menurut UU No.5 Tahun 1997 tentang
psikotropika pasal 2 ayat (2), psikotropika digolongkan menjadi :
a)
Psikotropika golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat
kuat, mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya antara lain :
lisergida (LSD/extasy), MDMA (Metilen Dioksi Meth Amfetamin), meskalina,
psilosibina, katinona.
b)
Psikotropika golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya antara lain :
amfetamin, metamfetamin (sabu-sabu), metakualon, sekobarbital, fenmetrazin.
c)
Psikotropika golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang, mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya antara
lain penthobarbital, amobarbital, siklobarbital, Amobarbital,
Buprenorphine, Butalbital, Cathine / norpseudo-ephedrine, Cyclobarbital.
d)
Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakbatkan sindroma ketergantungan. Contohnya antara
lain : diazepam (frisium), allobarbital, barbital. bromazepam, klobazam, klordiazepoksida,
meprobamat, nitrazepam, triazolam, alprazolam.
-
OBAT NARKOTIK
Pengertian:
Merupakan obat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK serta menimbulkan ketergantungan
dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat dan individu apabila
digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter. Kemasan obat golongan ini
ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang (+) berwarna merah.
Obat golongan narkotika hanya
dapat diperoleh dengan resep dokter yang asli (tidak dapat menggunakan kopi
resep). Narkotik dibagi menjadi :
a)
Golongan I : berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. tidak
digunakan untuk terapi. Contoh : heroin, kokain, Canabis sp.
(ganja), morfin, dan opium.
b)
Golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, digunakan pada
terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh : morfin, petidin, metadon,
benzetidin, dan betametadol.
c)
Gol III : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan
dalam terapi. Contoh : kodein dan turunannya, etil morfin, asetihidrokode.
-
OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
Obat wajib apotek adalah
obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotik tanpa
resep dokter, tetapi harus diserahkan langsung oleh seorang Apoteker kepada
pasien disertai informasi lengkap tentang penggunaan obat.
5 contoh obat bebas apotik
yaitu
Famotidin
Ranitidin
Asam Fusidat,
Asam Azeleat
Allopurinol
Diklofenak Na tab
EFEK FARMAKODINAMIK DAN EFEK
FARMAKOKINETIK
EFEK FARMAKOKINETIK
Efek farmakokinetik
meliputi efek tubuh terhadap obat. Terdapat 4 fase yang obat alami dalam tubuh,
yaitu ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi).
Absorpsi.
Absorpsi merupakan proses
masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Tempat absorbsi utama yaitu
di usus halus. Pada membran sel epitel usus halus sama dengan membran sel
lainnya yaitu terdiri atas lipid bilayer. Dikatakan obat telah mengalami proses
absopsi apabila zat aktif telah melewati lipid bilayer membran sel epitel dan
sel endotel kapiler usus halus dengan difusi pasif. Hanya obat-obat yang
bersifat larut dalam lemak saja yang dapat terabsorpsi cepat. Lalu untuk
obat-obat yang tidak memiliki kemampuan untuk melarut baik pada lipid, akan
dibutuhkan transporter membran. Transporter membran ini yang akan membantu
molekul obat untuk melewati membran untuk diabsorpsi dari saluran cerna maupun
di rearbsorpsi dari lumen tubulus ginjal. Transporter ini berupa P-lipoprotein,
dimana protein yang terikat pada lipid ini dapat mengikat molekul polar dan non
polar lipid sehingga obat dapat terasorpsi.
Absorpsi dipengaruhi oleh;
rute penggunaan obat, kelarutan obat, kemampuan difusi melintasi sel membran,
konsentrasi obat, sirkulasi pada letak absorpsi, luas permukaan kontak obat,
dan bentuk obat. Rute penggunaan obat secara oral akan mengalami absorpsi lama
dibandingkan penggunaan obat dengan rute sublingual. Pada sublingual obat akan
langsung mausk ke darah sistemik yang disebabkan oleh banyaknya pembuluh darah
pada bawah lidah sehingga zat aktif obat akan langsung mengalami distribusi
mellaui vena kava superior dan tidka mengalami metabolisme pertama di hati.
Seluruh membran dalam
tubuh manusia terdiri dari lipid bilayer, maka obat-obat dengan tingkat
kelarutan baik dengan lipid dapat mengalami absorpsi yang cepat. Kemampuan
difusi melintasi sel membran masih berkaitan dengan kemampuan melewati lapisan
lipid bilayer membran. Difusi merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dengan melewati membran. Apabila konsentrasi obat
melebih konsentrasi didalam membran, maka akan terjadi transpor aktif dengan
energi lebih untuk melakukan absorpsi.
Distribusi.
Setelah mengalami proses
absorbsi di usus halus, obat akan masuk kepembuluh darah mesentrik. Dalam darah
obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan dan dibawa
keseluruh tubuh. Distribusi obat dilakukan didalam susunan syaraf pusat.
Dijaringan , obat yang larut air akan berada di luar sel sedangkn obat yang
larut lemak akan berdifusi melintasi membran sel dan masuk ke dalam sel, tetapi
karena perbedaan pH didalam sel (pH =7) dan diluar sel (pH = 7,5) maka obat-obat
asam lebih banyak diluar sel dan obat-obat basa lebih banyak didalam sel.
Metabolisme.
Metabolisme obat terutama
di hati, yakni di mikrosom dan di sitosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstra
hepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di
lumen kolon. Tujuan metanolisme obat adalah mengubah obat yang non polar
menjadi polar agar dapat diekresikan mellaui ginjal atau empedu.
Reaksi metabolisme terdiri
dari reaksi fase I dan II. Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, dan
hidrolisis, yang mengubah obat menjadi lebih polar, dengan akibat menjadi
inaktif, lebih aktif atau kurang aktif., dan dibutuhkan enzim pada proses ini.
Obat dibubuhi gugus polar seperti gugus hidroksil, gugus amino, karboksil,
sulfihidril, dsb untuk dapat bereaksi dengan substrat endogen pada reaksi fase
II. Sedangkan reaksi fase II merupakan reaksi konyugasi dengan substrat endogen
: asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat atau asam amino, dan hasilnya
menjadi sangat polar dengan demikian hampir selalu tidak aktif.
Obat dapat mengalami
reaksi fase I saja, atau reaksi fase II saja, atau reaksi fase I dan diikuti
reaksi fase II. Obat yang sudah mempunyai gugus hidroksil, gugus amino,
karboksil, sulfihidril, dsb dapat langsung melakukan reaksi fase II tanpa harus
melakukan fase I.
Eksresi.
Organ terpenting untuk
eksresi obat adalah ginjal. Obat dieksresikan melalui ginjal dalam bentuk utuh
atau dalam bentuk metabolitnya. Ekresi melalui ginjal melibatkan 3 proses,
yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi
pasif disepanjang tubulus. Filtrasi glomerulusmenghasilkan
ultrafiltrat. Semua obat akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat
protein akan tetap tinggal dalam darah.
Sekresi aktif dari dalam darah ke tubulus proksimal melalui
transporter membran glikoprotein yang terdapat di membran sel epitel. Reabsorpsi
pasif terjadi disepanjang tubulus untuk membentuk noinon obat yang
larut lemak. Ditubulus distal juga terdapat protein transporter yang berfungsi
untuk reabsorpsi aktif fari lumen tubulus kembali ke dalam darah (untuk
obat-obat dan sat-sat endogen tertentu). Obat yang telah mengalami filtrasi ini
akan dikeluarkan dari tubuh melalui air seni.
Eksresi mellaui empedu ke
dalam usus dna kemudian keluar bersa,a feses. Obat dan metabolit yang larut
lemak dapat diresorpsi kembali ke dalam tubuh dari lumen usus. Ekskresi melalui
paru terutama untuk eliminasi gas anestitetik umu. Eksresi melalui ASI meskipun
sedikit, penting artinya karena dapat menimbulkan efek samping pada bayi yang
menyusu pada ibunya. Yang diekskresikan melalui ASI kebanyakan obat-obat yang
bersifat basa dan sedikit yang bersifat asam.
Eksresi saliva yaitu kadar
obat dalam saliva sama dengan kadar obat bebas dalam plasma, maka saliva dapat
digunakan untuk mengukur kadar obat jika sukar untuk diperoleh darah. Eksresi
di rambut dan kulit biasanya untuk keperluan forensik.
EFEK FARMAKODINAMIK.
Efek farmakodimaik
meliputi efek obat terhadap tubuh dengan melibatkan reseptor. Fase
farmakodinamik merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara obat dan
tempat aksinya dalam sistem biologis. Potensi aksi struktur khusus obat
berhubungan dengan interaksi yang terjadi terhadap struktur khusus temat aksi
obat itu. Apabila struktur tempat aksinya telah diketahui, interaksi obat
dengan tempat aksinya dapat terjadi. Oleh karena itu, struktur tempat aksi obat
dan kekuatan yang mengontrol interaksinya dengan obat perlu dotentukan untuk
disesuaikan dengan desain obat yang rasional. Tujuan pokok fase farmakodinamik
ini adalah optimasi efek biologis. Bila obat dapat berinteraksi dengan sisi
reseptor, biasnaya protein membran akan menimbulkan respon biologis. Cara kerja
obat dapat digolongkan sebagai berikut : secara kimiawi, secara fisika, dan
cara kerja yang mengganggu proses metabolisme.
OBAT ADALAH RACUN, PENDAPAT ANDA?
Jika dikatakan obat adalah
racun, pendapat saya iya obat adalah racun. Namun bukan hanya obat saja yang
merupakan racun. Pengertian racun dalam kamus Indonesia adalah suatu zat yang
memberi sakit dan kematian. Menurut Paracelcus seorang dokter Renaissance,
botani, alkemis, astrolog, dan okultis umum mengatakan bahwa yang membuat suatu
zat itu racun atau tidak adalah dosis dan cara masuk ke tubuh kita. Jadi,
apabila kita mengonsumsi zat apapun dalam jumlah atau dosis melebih dosis atau
jumlah maksimum yang seharusnya dikonsumsi akan merubah fungsi zat tersebut
menjadi racun bagi tubuh. Begitu pun dengan cara masuknya kedalam tubuh, contoh
bila kita minum bukan melalui mulut tetapi melalui hidung maka kita akan mati
tersedak, lalu apabila kita minum dalam sekali minum langsung 20 liter maka
yang terjadi kita bisa mati kekenyangan air. Begitupun obat, obat dapat
bersifat sebagai zat yang dapat berefek mengobati apabila diberikan dalam
jumlah yang sesuai dengan cara masuk yang sesuai. Contoh, bila suatu obat
diinstruksikan oleh dokter untuk dikonsumsi 3 kali sehari 1 tablet, namun
karena ingin efek yang cepat maka dikonsumsi dalam sekali minum 20 tablet,
tentu saja dosis yang dikonsumsi melebihi kapasitas dosis maksimum, sehingga
bukan kesembuhan yang diperoleh namun keracunan karena overdosis. Lalu bila
larutan koloid digunakan untuk rute obat injeksi antravena maka yang terjadi
adalah kematian pasien yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah karena tersumbatnya
darah untuk mengalir yang disebabkan oleh partikel koloid yang mengendap pada
pembuluh darah.
Jadi pernyataan obat
merupakan racun adalah benar, tetapi bersifat racun bila digunakan dalam jumlah
yang melebihi batas maksimum dan cara masuknya tidak sesuai. Batas maksimum
dosis pada setiap individu berbeda-beda, untuk obat-obatan dosis maksimum dapat
dihitung dengan rumus dosis.
PERBEDAAN SIDE EFFECT dan ADVERSE DRUG
REACTION
Adverse Drug Reaction /
ADR didefinisikan sebagai reaksi yang tidak dikehendaki dan bersifat merugikan
akibat respon pemakaian obat pada dosis sesuai anjuran pada manusia untuk
keperluan terapi, profilaksis, diagnosis, maupun untuk modifikasi fungsi
fisiologis.
Side Effect, yaitu
berbagai efek yang tidak dikehendaki dari suatu obat yang terjadi pada
pemakaian dosis normal pada manusia, berkaitan kandungan zat pada obat
tersebut.
Jadi, definisi adverse
drugs reaction lebih cenderung ke reaksi kimianya yang bersifat merugikan
dari obat yang kita konsumsi, sedangkan side effect atau efek samping lebih
menjurus ke hasil yang merugikan dari reaksi kimia dari obat yang kita
konsumsi.
OBAT-OBAT SISTEM SARAF OTONOM
ADREGENIK
EPINEFRIN.
Farmakodinamik.
kardiovaskular (pembuluh
darah) : efek vaskuler epinefrin terutama pada arteriol kecil dan sfingter
prekapiler , tetapi vena dan arteri besar juga dipengaruhi :
-
epinefrin dalam dosis rendah menyebabkan vasodilatasi ( hipotensi)
-
epinefrin dalam dosis tinggi menyebabkan vasokontriksi (peningkatan tekanan
darah)
arteri koroner :
-
terjadi peningkatan aliran darah koroner
-
peningkatan tekanan darah aorta
jantung :
-
aktivasi reseptor β1 di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan
konduksi
-
memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi
-
curah jantung meningkat , namun pemakaian oksigen dan kerja jantung ikut
meningkat sehingga kurang efektif
otot polos
-
saluran cerna : melalui reseptor α dan β , epinefrin menimbulkan relaksasi otot
polos saluran cerna
- uterus : bekerja pada reseptor α1 dan α2 . selama
kehamilan bulan terakhir dan diwaktu partus epinefin menghambat tonus dan
kontraksi uterus melalui reseptor β2.
- Pernafasan : bronkodilatasi , menghambat pelepasan
mediator inflamasi dari sel mast mlalui reseptor β2 , menghambat
sekresi bronkus dan kongesti mukosa melalui reseptor α1
Susunan saraf pusat
Epinefrin dapat
menimbulkan kegelisahan , rasa kuatir , nyeri kepala, dan tremor
Proses metabolik
- Menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot
rangka melalui reseptor β2
- Penghambatan sekresi insulin
-
Peningkatan lipolisis
Farmakokinetik
Absorbsi
-
Pada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena dirusak oleh
enzim COMT dan MAO yang terdapat pada dinding usus dan hati
-
Pada penyuntikan subkutan , absorbsi lambat karena terjadi vasokontriksi lokal
-
IM : absorbsi cepat
-
Inhalasi : efek terutama pada saluran nafas
Biotransformasi dan
ekskresi
-
Epinefrin stabil pada pembuluh darah
-
Degradasi terutama terjadi di hati , karena terdapat banyak enzim COMT dan MAO
-
Metabolit epinefrin dikeluarkan melalui urine.
Indikasi:
Digunakan untuk mengobati anaphylaxis dan sepsis.
Digunakan untuk mengobati anaphylaxis dan sepsis.
Dosis
Dosis dewasa : 0,2-0,5 mg
(0,2-0,5 ml larutan 1:1000)
1-10 mcg/menit infus IV
Pabrik : Ethica
DOPAMIN.
FARMAKODINAMIK :
Dopamin berkerja dalam
reseptor dopaminergik D1 pembuluh darah terutama di ginjal, mesenterium dan
pembuluh darah koroner dengan kadar yang rendah. Stimulasi tersebut
mengakibatkan vasodilatasi melalui aktivitas adenilsiklase. Pada kadar sedikit
lebih tinggi, dopamine akan meningkatkan kontraktilitas miokard melalui
aktivitas adrenoreseptor β1, Dopamin juga melepaskan NE endogen yang menambah
efeknya ke jantung.
Pada dosis rendah hingga
sedang, resistensi perifer total tidak berubah dopamin meningkatkan tekanan
sistolik dan tekanan nadi tanpa mengubah tekanan diastolik akibatnya berguna
untuk curah jantung rendah dengan gangguan fungsi ginjal seperti syok
kardiogenik dan gagal jantung berat.
Pada kadar yang tinggi
dapat menyebabkan vasokontriksi maka dari itu untuk penatalaksanaan syok
tekanan darah dan fungsi ginjal harus dimonitor.
Farmakokinetik
Dopamin sebagai katekolamin tidak efektif pada
pemberian oral. NE tidak diabsorbsi dengan baik dalam pemberian subkutan.
Dimetabolisme di hati dan diekresikan dari ginjal.
Indikasi
Untuk mengobati syok dan
tekanan darah rendah karena serangan jantung, trauma, infeksi, operasi dan
penyebab lainnya.
Dosis :
-
Dewasa Dosis yang biasa untuk Nonobstructive Oliguria :
Dosis awal: 1 sampai 5 mcg / kg / menit dengan infus IV kontinu.
Titrasi untuk respon yang diinginkan. Administrasi di tingkat yang lebih besar dari 50 kg per mcg per menit telah digunakan dengan aman dalam situasi yang serius.
Dosis awal: 1 sampai 5 mcg / kg / menit dengan infus IV kontinu.
Titrasi untuk respon yang diinginkan. Administrasi di tingkat yang lebih besar dari 50 kg per mcg per menit telah digunakan dengan aman dalam situasi yang serius.
-
Dewasa Biasa Dosis untuk Syok :
Dosis awal: 1 sampai 5 mcg / kg / menit dengan infus IV kontinu.
Titrasi untuk respon yang diinginkan. Administrasi di tingkat yang lebih besar dari 50 kg per mcg per menit telah digunakan dengan aman dalam situasi yang serius.
Dosis awal: 1 sampai 5 mcg / kg / menit dengan infus IV kontinu.
Titrasi untuk respon yang diinginkan. Administrasi di tingkat yang lebih besar dari 50 kg per mcg per menit telah digunakan dengan aman dalam situasi yang serius.
Pabrik : dipa pharmalab
intersains.
DOBUTAMIN
Farmakodinamika
Struktur senyawa dobutamin
mirip dopamin, tetapi dengan substitusi aromatic yang besar pada gugus amino.
Dobutamin merupakan campuran resemik dari kedua isomer / dan d.
Isomer / adalah α1-agonis yang poten sedangkan isomer d
α1-bloker yang poten. Sifat agonis isomer / dominan,
sehingga terjadi vasokontriksi yang lemah melalui aktivasi reseptor α1. Isomer d 10
kali lebih poten sebagai agonis reseptor β daripada isomer / dan lebih
selektif untuk reseptor β1 daripada β2.
Dobutamin menimbulkan efek
inotropik yang lebih kuat daripada efek kronotropik dibandingkan
isoproterenol. Hal ini disebabkan karena resistensi perifer yang relative tidak
berubah ( akibat vasokontriksi melalui reseptor α1 diimbangi oleh
vasodilatasi melalui reseptor β2 ), sehingga tidak menimbulkan reflex takikardi,
atau karena reseptor α1 di jantung menambah efek inotropik obat ini.
Pada dosis yang menimbulkan efek inotropik yang sebanding, efek dobutamin dalam
meningkatkan automatisitas nodus SA kurang dibanding isoproterenol, tetapi
peningkatan konduksi AV dan intraventrikular oleh ke-2 obat ini sebanding.
Dengan demikian, infuse dobutamin akan meningkatkan kontraktilitas jantung dan
curah jantung, hanya sedikit meningkatkan denyut jantung, sedangkan resistensi
perifer relative tidak berubah.
Farmakokinetik
Norepinefrin,
isoproterenol dopamine dan dobutamin sebagai katekolamin tidak efektif pada
pemberian oral. NE tidak diabsorpsi dengan baik pada pemberian SK.
Isoproterenol diabsorpsi dengan baik pada pemberian parenteral atau sebagai
aerosol atau sublingual sehingga tidak dianjurkan. Obat ini merupakan substrat
yang baik untuk COMT tetapi bukan substrat yang baik unuk MAO, sehingga
kerjanya sedikit lebih panjang daripada epinefrin. Isoproterenol diambil oleh
ujung saraf adrenergic tetapi tidak sebaik epinefrin dan NE. Nonkatekolamin
yang digunakan dalam klinik pada umumnya efektif pada pemberian oral dan
kerjanya lama, karena obat – obat ini resisten terhadap COMT dan MAO yang
banyak terdapat pada dinding usus dan hati sehingga efektif per oral.
Indikasi :
Pengobatan pada jantung
Pabrik : Danpac Pharma
Acetaminophen /
paracetamol
Farmakodinamik:
-
Efek analgesiknya mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
-
Menurunkan suhu tubuh.
-
Efek anti inflamasinya sangat lemah (atau tidak ada).
-
Paracetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah.
Farmakokinetik:
-
Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
-
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam.
-
T ½ antara 1-3 jam.
-
25% paracetamol terikat protein plasma.
-
Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.
-
Dikonjugasi dengan asam glukoronat.
-
Mengalami hidroksilasi.
-
Metabolit hasil hidroksilasi menimbulkan methemoglobinemia & hemolisis
eritrosit.
-
Diekskresi melaui ginjal.
Indikasi:
-
Untuk analgesik dan antipiretik dan tidak mempengaruhi GIT bleeding.
Efek Samping:
-
Eritema
-
Urtikaria
-
Demam
Akibat dosis toksik:
-
Nekrosis hati
-
Nekrosis tubulus renalis
-
Hipoglikemi
-
Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati dan kematian.
-
Radikal bebas dari paracetamol berikatan secara kovalen dengan makromolekul
vital sel hati.
-
Hepatotoksik paracetamol meningkat pada penderita yang juga mendapat
barbiturat, anti konvulsi lain, dan alkoholik yang kronis.
Sediaan:
-
Tablet 500 mg
-
Sirup yg mengandung 120 mg per 5 mL
Pabrik
PT.PIM PHARMACEUTICAL
Indole & Indene
Acetic Acids/ Indometacin
Farmakodinamik:
-
Walaupun efektif tapi toksik maka penggunaaannya dibatasi.
-
Efek: analgesik (perifer dan sentral), anti inflamasi, dan anti piretik yang
kira-kira sebanding dengan aspirin.
-
Invivo menghambat enzim cyclooksigenase.
Farmakokinetik:
-
Absorbsi per oral cukup baik.
-
92-99% terikat protein plasma.
-
Metabolisme di hati.
-
Ekskresi dalam bentuk asal maupun metabolik lewat urine dan empedu.
-
T ½ 24 jam.
Efek Samping:
-
Pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, &
pankreatitis.
-
Sakit kepala hebat, depresi, bingung, agranulositosis, thrombositopenia, &
anemia aplastik.
-
Vasikonstriksi pembuluh koroner.
-
Hiperkalemi
-
Mengurangi natriuretik dari thaizide dan furosemide.
-
Memperlemah efek hipotensif dari beta blocker.
Kontra Indikasi:
-
Ibu hamil
-
Anak
-
Gangguan psikiatri
-
Pasien dengan penyakit lambung
Indikasi:
-
Hanya dianjurkan bila NSAID yang lain kurang berhasil, misalnya pada
spondilitis ankilosa, arthritis pirai akut, arthritis tungkai.
Dosis:
-
2-4 kali 25 mg/ hari
-
50-100 mg (sebelum tidur) untuk mengurangi gejala rheumatik di malam hari
Pabrik
PT KIMIA FARMA ( Jakarta –
Indonesia).
Dexamethasone
Farmakodinamik
Pada waktu memasuki
jaringan,dexamethasone berdifusi atau ditranspor menembus sel membran dan
terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik glukokortikoid heat-shock protein
kompleks. Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon reseptor
ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang
atau menghambat ekspresinya.
Farmakokinetik
Pada kejadian normal, 90%
kortisol terikat pada dua jenis protein plasma yaitu globulin pengikat
kortikosteroid dan albumin. Afinitas globulin tinggi tetapi kapasitas ikatnya
rendah, sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kafasitas ikatnya relative
tinggi. Karena itu pada kadar rendah atau normal, sebagian besar kortikosteroid
terikat globulin. Bila kadar kortikosteroid meningkat jumlah hormone yang
terikat albumin dan bebas juga meningkat , sedangkan yang terikat globulin sedikit
mengalami perubahan. Kortikosteroid berkompetisi sesamanya untuk berikatan
denga globulin pengikat kortikosteroi; kortisol mempunyai afinitas tinggi
sedangkan metabolit yang terkonyugasi dengan asam glukuronad dan aldosteron
afinitasnya rendah.
Kehamilan atau penggunaan
estrogen dapat meningkatkan kadar globulin pengikat kortikosteroid, kortisol
plasma total dan kortisol bebas sampai beberapa kali. Telah diketahui bahwa hal
ini tidak terlalu bermakna terhadap fungsi tubuh.
Indikasi
Sebagai anti-inflamasi
pada gangguan endoktrin, gangguan rematik, penyakit collagen, dermatologis,
keadaan alergi, penyakit mata, penyakit saluran pernafasan, gangguan
hematologis, penyakit neoplastik, keadaan edema, cerebral edema, tuberculosis
meningitis, test diagnosis dari hyperfungsi adrenokortikoid.
Dosis
-
Dewasa : sehari 0,5 – 2 mg dibagi dalam beberapa dosis,, pada keadaan parah
bisa sampai 12 mg sehari.
-
Anak – anak : sekali 6- 85 mcg per kg berat badan, sehari 24 – 340 mcg per kg
berat badan.
Pabrik
PT MEGA FARMA ( Jakarta –
Indonesia).
Ciprofloxacin
Farmakodinamik
Siprofloksasin merupakan
salah satu obat sintetik derivat kuinolon. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
aktivitas DNA gyrasi bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas
terhadap bakteri gram positif maupun negatif.
Farmakokinetik
Siprofloksasin diabsorbsi
secara cepat dan baik melalui saluran cerna, biovailabilitas absolut antara
69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke
berbagai jaringan serta cairan tubuh. Metabolismenya di hati dan dieksresi
terutama melalui urin
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri yang sensitive terhadap ciprofloxacin seperti :
infeksi saluran kemih termaksud prostatitis. Uretritis dan servisitis gonorrhoeae.
Infeksi saluran cerna, termaksud demam tifoid yang disebabkan oleh S.thypi.
infeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat streptococcus. Infeksi kulit
dan jaringan lunak, innfeksi tulang dan sendi.
Dosis
-
Dewasa
Infeksi ringan / sedang
saluran kemih : 2 x sehari 250mg
Infeksi berat saluran
kemih : 2 x sehari 500mg
Infeksi ringan / sedang
saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2 x sehari 250 – 500 mg
Infeksi berat saluran
nafas, tulang, sendi, kulit dan jaringan lunak: 2 x sehari 500 – 700 mg
Protatitis kronis : 2 x
sehari 500 mg
Infeksi saluran cerna : 2
x sehari 500 mg
Gonorrhoeae akut : 250 mg
dosis tunggal
Untuk mencapai kadar yang
adekuat pada osteomelitis akut, dosis tidak boleh kurang dari 2 x sehari 750
mg.
Pabrik
PT BERNOFARM (Siduharjo –
Indonesia)
NIFEDIPINE
Famakodinamik
Nifedipine bekerja sebagai
antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke dalam otot
jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium
ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek
inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio
Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi
AV.
Farmakokinetik
Terikat oleh protein
plasma dan diekskresi dalam bentuk metabolit tidak aktif melalui urin.
Nifedipine dalam dosis tunggal diekskresi sebesar 80% dalam waktu 24
Insufisiensi ginjal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap farmakokinetik
nifedipine.
Indikasi
Indikasi Nifedipine adalah
untuk pengobatan dan pencegahan insufiensi koroner terutama angina pektoris,
hipertensi kronik dan hipertensi urgensi.
Dosis
Dosis yang umum diberikan
adalah :
Dosis tunggal 5 – 10 mg.
Dosis rata-rata 5 – 10 mg,
3 x sehari.
Interval tiap dua dosis
paling sedikit 2 jam. Tablet ditelan utuh dengan sedikit cairan. Bila
diinginkan khasiat yang cepat, misalnya ketika terasa akan datang serangan,
tablet dikunyah dan dibiarkan menyebar dalam mulut. Nifedipin akan diserap
cepat oleh selaput lendir mulut.
Pabrik
Indofarma
AB-Vask 5mg TABLET
Amlodipine
Famakodinamik
Amiodipine adalah
inhibitor influks kalsium (slow channel blocker atau antagonis ion kalsium),
yaitu menghambat influks ion-ion kalsium transmembran ke dalam jantung dan otot
polos Mekanisme kerja antihipertensi amiodipine dikarenakan adanya efek
relaksasi secara langsung pada otot polos vaskular, sedangkan mekanisme yang
tepat untuk menghilangkan angina belum sepenuhnya diketahui Dua cara kerja
amlodipine untuk memperkecil iskemia total adalah sebagai berikut:
Amiodipine menimbulkan
dilatasi arteriola perifer sehingga memperkecil tahanan perifer
total (afterload) terhadap kerja jantung Karena tidak
menimbulkan refleks takikardia, maka tidak ada muatan
terhadap jantung sehingga konsumsi energi miokardial dan kebutuhan oksigen
menurun
Amiodipine menimbulkan
dilatasi arteri koroner utama dan arteriola koroner, baik pada keadaan
normal maupun iskemia. Dilatasi ini meningkatkan
penyampaian oksigen miokardial pada penderita dengan
spasme arteri koroner (Prinzmetal’s atau angina varian)
Farmakokinetik
Setelah pemberian dosis
terapeutik secara oral, amiodipine diabsorpsi dengan baik dan kadar puncak
dalam plasma tercapai setelah 6 – 12 jam Volume distribusi amiodipine kira-kira
21 liter/kg Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah sekitar 35 – 50 jam
dan konsisten pada pemberian dosis sekali sehari Kadar mantap dalam plasma
tercapai 7 – 8 hari setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali
Sebanyak 97,5% amiodipine dalam sirkulasi terikat dengan protein plasma.
Amlodipine sebagian besar
dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif, di ekskresi di urin 10% dalam
bentuk tidak berubah dan 60% sebagai metabolit Pada penderita hipertensi,
pemberian dosis sehari sekali memberikan penurunan tekanan darah yang
signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri setelah
interval waktu 24 jam. Karena mula kerja yang lambat maka tidak terjadi
hipotensi akut setelah pemberian amlodipine pada penderita angina .Pemberian
dosis sekali sehari meningkatkan waktu exercise dan menurunkan frekuensi
serangan angina dan konsumsi tablet nitrogliserin. Amiodipine tidak
mempengaruhi efek metabolisme atau perubahan-perubahan lipid (lemak) dalam
plasma.
Indikasi
Amlodipine diindikasikan
untuk pengobatan hipertensi dan digunakan dalam bentuk tunggal untuk mengontrol
tekanan darah pada sebagian besar penderita Penderita-penderita yang tidak
cukup terkontrol bila hanya menggunakan obat antihipertensi tunggal, dapat
lebih menguntungkan bila pemberian amlodipine dikombinasi dengan diuretik
tiazid, inhibitor adrenoreceptor, atau inhibitor anglotensin-converting enzym.
Amlodipine diindikasikan
untuk pengobatan iskemia miokardial yang disebabkan obstruksi fixed (angina
stabil) dan atau vasospasme/vasokonstriksi (Prinzmetal’s atau angina varian)
dari pembuluh darah koroner Amlodipine dapat digunakan sebagai gambaran klinik
yang menunjukkan suatu kemungkinan komponen vasospastik / vasokonstriktif
tetapi belum nampak adanya vasospasme / vasokonstriksi. Amlodipine dapat
digunakan dalam bentuk tunggal (monoterapi) atau dikombinasi dengan obat-obat
antiangina lain, terutama pada penderita angina yang sukar disembuhkan dengan
nitrat dan atau dengan p-blocker pada dosis adequat / dosis yang memadai
Dosis
Penggunaan dosis Amlodipine
diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dokter biasanya akan menyesuaikan dosis Amlodipine anda sesuai tekanan darah
dan respon pengobatan. Amlodipine umumnya diberikan satu kali sehari.
Pabrik
PT. LAPI LABORATORIES
(CIKANDE –INDONESIA).
Captropil
Farmakodinamik
Captopril adalh D-3
mercaptomethyl-propionyl-L-proline. Captopril mempunyai efek yang menguntungkan
pada hipertensi dan gagal jantung, yaitu penekanan sistem
renin-angiotensin-aldosterone.
Captopril mencegah
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II oleh inhibisi ACE (angiotensin
Converting Enzym) .
Farmakokinetik
Setelah pemberian secara
oral captopril secara cepat diabsorpsi dan adanya makanan dalam saluran
gastrointestinal berkurang 30-40%. Dalam periode 24 jam lebih dari 95% dosis
yang diabsorpsi dieliminasi ke dalam urin dan 40-50%nya dalam bentuk tidak
berubah.
Indikasi
Untuk hipertensi berat
hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan
kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal
jantung yang tidak cukupp responsive atau tidak dapat dikontrol dengan
dieretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptropril diberikan bersama
diuretic dan digitalis.
Dosis
Kaptropril harus diberikan
1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita
(individual).
-
Dewasa
Hipertensi : dosis awal
12,5 mg 3 x sehari, bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum
memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg 3 x sehari. Bila setelah
2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat
diuretic golongan tiazida missal hidroklorotiazida 25mg setiap hari. Dosis
diuretic mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu atau dua minggu. Maksimum
dosis captropril untuk hipertensi tidak boleh lebih dari 450 mg.
-
Gagal jantung 12,5 – 25 mg 3 x sehari, diberikan bersama diuretic dan
digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medic secara ketat.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginnjal dosis perlu dikurangi
disesuaikan dengan klirens penderita.
Pabrik
INDOFARMA BEKASI-
INDONESIA
Amlodipine atau Norvask
Farmakodinamik
Norvask adalah obat
antihipertensi yang mengandung amlodipine, suatu obat penghambat ion kalsium.
Mekanisme kerja amlodipine adalah menghambat masuknya (influks) ion kalsium ke
dalam sel otot jantung dan otot polos pembuluh darah. Dengan demikian
amlodipine mempunyai efek relaksasi otot polos sehingga mengakibatkan penurunan
tekanan darah. Efek amlodipine dalam pengobatan angina belum diketahui secara
pasti, tetapi amlodipine mengurangi iskemia jaringan dengan cara :
-
Amlodipine menyebabkan pelebaran pembuluh darah arteriol perifer, sehingga
mengurangi resistensi total perifer (afterload). Akibatnya terjadi penurunan
konsumsi energi otot jantung dan kebutuhan oksigen.
-
Amlodipine menyebabkan pelebaran pembuluh darah arteri koroner dan arteriol.
-
Pada penderita tekanan darah tinggi, dosis sekali sehari cukup signifikan
menurunkan tekanan darah. Karena mulai kerja (onset) amlodipine lambat,
amlodipine jarang menyebabkan hipotensi akut.
Farmakokinetik
Setelah pemberian dosis terapeutik
secara oral, amlodipine diabsorpsi dengan baik dan kadar puncak dalam plasma
tercapai setelah 6 – 12 jam. Kadar mantap dalam plasma tercapai 7 – 8 hari
setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali. Norvask sebagian besar
dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif, di ekskresi di urin 10% dalam
bentuk tidak berubah dan 60% sebagai metabolit. Pada penderita hipertensi,
pemberian dosis sehari sekali memberikan penurunan tekanan darah yang
signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri setelah
interval waktu 24 jam.
Indikasi
Hipertensi. Amlodipine
dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan obat
antihipertensi lainnya.
Iskemia miokard.
Angina kronik stabil atau
angina vasospastik.
Dosis
Dosis yang lazim diberikan
oleh dokter adalah 5 – 10 mg, 1 kali sehari.
Pabrik
Pfizer
Cetirizine
Farmakodinamik
Cetirizine adalah
antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan
mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Merupakan antagonis selektif
reseptor H1, efeknya terhadap reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine
hampir bebas dari efek anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine
menghambat pelepasan histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi
migrasi dari sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan
“late allergic response”.
Farmakokinetik
-
Puncak level darah untuk 0,3 µg/ml dicapai antara 30-60 menit setelah pemberian
cetirizene 10 mg
-
Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
-
Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek. Pengeluaran melalui ginjal
30ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam.
-
Cetirizine terikat kuat pada protein plasma.
Indikasi
Pengobatan perennial
rhinitis, alergi rhinitis musiman dan kronik idiopatik urtikardia.
Dosis
Pabrik
PT. KIMIA FARMA (Jakarta –
Indonesia).
Indexon Tablet.
Farmakodinamik
Pada waktu memasuki
jaringan,indexon tablet berdifusi atau ditranspor menembus sel membran dan
terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik glukokortikoid heat-shock protein
kompleks. Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon reseptor
ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang
atau menghambat ekspresinya.
Farmakokinetik
Pada kejadian normal, 90%
kortisol terikat pada dua jenis protein plasma yaitu globulin pengikat
kortikosteroid dan albumin. Afinitas globulin tinggi tetapi kapasitas ikatnya
rendah, sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kafasitas ikatnya relative
tinggi. Karena itu pada kadar rendah atau normal, sebagian besar kortikosteroid
terikat globulin. Bila kadar kortikosteroid meningkat jumlah hormone yang
terikat albumin dan bebas juga meningkat , sedangkan yang terikat globulin
sedikit mengalami perubahan. Kortikosteroid berkompetisi sesamanya untuk
berikatan denga globulin pengikat kortikosteroi; kortisol mempunyai afinitas
tinggi sedangkan metabolit yang terkonyugasi dengan asam glukuronad dan aldosteron
afinitasnya rendah..
Indikasi
Peradangan, rematoid
arthritis (encok), asma bronchial, penyakit serum, dermatitis alergi, rhinitis,
kongjutivitis, lupus eritematosus, demam rematik angkut, leukemia akut, sindrom
nefrotik, pemfigus akut.
Dosis
-
Umumnya : 0,5 – 2mg sehari, dalam dosis terbagi-bagi
-
Untuk reaksi alergi akut dan asma bronchial
Hari pertama : 6 mg
Hari
kedua : 4,5 mg
Hari
ketiga : 3 mg
Hari keempat : 1,5 mg
-
Untuk rematoid arthritis (encok)
Sehari 3 mg selama 15 hari
Hari ke 16 dan 17 : 2,5 mg
Hari ke 18 dan 19 : 2 mg
dan seterusnya.
Pabrik
PT. INTERBAT (Buduran,
Sidoharjo, Jawa Timur, Indonesia)
Glibenclamide
Farmakodinamik
Kerja utama glibenclamide
adalah meningkatkan rilis insulin dari pankreas. Diduga terdapat dua mekanisme
kerja tambahan-suatu penurunan kadar glucagon serum dan suatu efek
ekstrapankreatik dengan mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin pada
jaringan sasaran-tetapi kemaknaan klinisnya masih dipertanyakan.
Farmakokinetik
Dapat diminum bersama
makanan. gliburid lebih efektif diminum 30 menit sebelum makan. Setelah
diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Dalam plasma
sebagian besar terikat pada protein plasma terutama albumin (70-99%).
Studi menggunakan
glibenklamid yang dilabel radioaktif menunjukkan bahwa, glibenklamid diserap
sangat baik (84 ± 9%). Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum
mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam
darah tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah
pemberian kadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar
15 = 24 jam. Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan
hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu metabolit
dengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif
Indikasi
Diabetes mellitus pada
orang dewasa, tampa komplikasi yang tidak responsive dengan diet saja.
Dosis
Dosis awal 1 kaptab sehari
sesudah makan pagi, setiap 7 hari ditingkatkan dengan ½ – 1 kaptab sehari
sampai control metabolit yang optimal tercapai. Dosis awal untuk orang tua 2,5
mg/hari. Dosis tertinggi 3 kaptab sehari dalam dosis terbagi.
Pabrik
INDOFARMA (Bekasi –
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar